Rafah, Purna Warta – Rezim Israel telah melakukan 47 pelanggaran gencatan senjata sejak awal Oktober, menewaskan 38 warga Palestina dan melukai 143 orang, karena terus memblokir penyeberangan perbatasan Rafah—satu-satunya jalur penghubung Gaza ke dunia luar.
Meskipun gencatan senjata telah diumumkan, rezim Israel menolak untuk membuka kembali penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir, sehingga bantuan kemanusiaan dan evakuasi medis terhambat.
Penyeberangan tersebut, yang telah lama dianggap sebagai urat nadi kemanusiaan penting Gaza, tetap berada di bawah kendali Israel.
Pasukan Israel terus menghalangi upaya untuk memulihkan operasi normal atau menyerahkan penyeberangan tersebut kepada Otoritas Palestina.
Para pengamat lokal menggambarkan hal ini sebagai taktik politik dan militer yang terencana oleh rezim untuk memanfaatkan pengaruhnya dalam negosiasi gencatan senjata.
Para pejabat di Gaza mengatakan Israel berusaha mengaitkan pembukaan kembali Rafah dengan penyerahan jenazah tawanan Israel.
Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa Israel telah melakukan 47 pelanggaran gencatan senjata sejak dimulai, termasuk serangan udara di Kota Gaza yang menewaskan 11 anggota satu keluarga.
Lima belas jenazah warga Palestina yang ditahan oleh Israel telah dikembalikan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, sehingga totalnya menjadi 135.
Sementara itu, sayap bersenjata Hamas mengatakan telah menemukan dua jenazah tawanan Israel lagi dan menyerahkannya kepada Israel melalui Palang Merah.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa perlintasan Rafah akan tetap ditutup “sampai pemberitahuan lebih lanjut,” menuduh Hamas gagal bekerja sama dalam menemukan jenazah para tawanan.
Hamas menolak tuduhan tersebut, menuduh Netanyahu menggunakan “dalih yang lemah untuk mengganggu” gencatan senjata.
Gerakan tersebut juga menepis klaim Departemen Luar Negeri AS bahwa mereka sedang mempersiapkan serangan terhadap warga sipil.