Pengungsi Palestina di kamp Jaramana Suriah Masih Ingin Kembali ke Tanah Air

Damaskus, Purna Warta – Di kamp pengungsi Jaramana di pedesaan Damaskus, para pengungsi Palestina masih berpegang teguh pada hak mereka untuk kembali ke tanah air mereka, Palestina.

Kamp Jaramana berjarak 8 km dari Damaskus di jalan menuju Bandara Internasional Damaskus. Kamp tersebut didirikan pada tahun 1948 dan menempati area seluas 0,03 kilometer persegi.

Secara historis, kamp tersebut telah dihuni oleh mereka yang terlantar akibat pembersihan rasial Israel pada tahun 1948, serta orang-orang Palestina yang berlindung di Dataran Tinggi Golan dan terlantar akibat agresi dan pendudukan Israel tahun 1967.

Menurut perkiraan tahun 2015, ada lebih dari 17.000 pengungsi Palestina yang tinggal di kamp Jaramana.

Kondisi Hidup yang Sulit

Seperti di daerah lain dari kamp pengungsi Palestina, pengungsian, pengangguran, inflasi, dan risiko perlindungan menjadi perhatian utama yang dimiliki oleh para pengungsi Palestina.

Aktivis lokal Ali Othman menunjukkan bahwa penderitaan pengungsi Palestina semakin parah selama krisis Suriah.

Itu diserang lebih dari sekali oleh rezim Suriah dan pasukan oposisi, tambahnya.

“Selama beberapa tahun terakhir, kamp tersebut menyaksikan masuknya pengungsi Palestina yang terlantar dari daerah lain, termasuk dari Yarmouk. Akibatnya, Jaramana menjadi salah satu daerah terpadat di Damaskus.”

Othman juga menekankan kebutuhan mendesak untuk menyediakan tempat tinggal baru yang memadai bagi penduduk sehubungan dengan kepadatan yang terus meningkat.

Dia lebih jauh menunjukkan bahwa para pengungsi Palestina di kamp Jaramana secara dekat menindaklanjuti kejahatan dan pelanggaran Israel yang sedang berlangsung di rumah, terutama di Yerusalem dan al-Aqsa, meskipun mereka sangat menderita.

Mereka sangat berpegang teguh pada hak mereka untuk kembali, tegas aktivis Palestina itu.

Pencuri di Malam Hari

Pencurian dari rumah-rumah lokal merupakan fenomena baru yang menambah sulitnya kondisi masyarakat.

Pengungsi Palestina Abu Ahmed, 60, membenarkan bahwa kamp tersebut telah menyaksikan banyak pencurian baru-baru ini melalui atap rumah.

Aktivis setempat mengimbau warga untuk bersatu padu menghentikan fenomena baru yang mengancam keamanan dan tangga sosial mereka.

Mereka juga menyatakan ketidakpuasannya atas kegagalan aparat keamanan menangkap pencuri dan memulihkan keamanan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *