Gaza, Purna Warta – Mayor Jenderal Yahya Rahim Safavi dalam pernyataannya pada Jumat (5/4/2025) menegaskan “Jika Operasi Janji Sejati III belum dilaksanakan, itu karena pertimbangan strategis, bukan karena dibatalkan,”
Safavi memuji kepemimpinan Iran sebagai “bijaksana, berani, visioner, dan penuh pertimbangan”, menegaskan bahwa operasi tersebut akan dilaksanakan pada waktu yang tepat sesuai kebijakan Ayatullah Khamenei.
Kesiapan Militer 10 Kali Lebih Kuat dari Operasi Sebelumnya
Pernyataan ini disampaikan kurang dari seminggu setelah Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, mengungkapkan bahwa Iran telah mengembangkan “kemampuan militer 10 kali lebih besar” dibandingkan saat melaksanakan Operasi Janji Sejati II pada Oktober 2024.
Operasi sebelumnya—Janji Sejati I dan II—telah membuktikan kekuatan Iran dengan meluncurkan ratusan rudal balistik dan drone yang menghantam sasaran strategis militer dan intelijen Israel dengan presisi tinggi. Pejabat Iran menegaskan bahwa saat itu, hanya sebagian kecil kekuatan sebenarnya yang digunakan.
Fasilitas Rudal Rahasia dan Keunggulan Pertahanan Iran
Bagheri juga menghadiri peresmian “kota rudal rahasia”, salah satu dari ratusan fasilitas penyimpanan rudal milik Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC). Ia menegaskan bahwa perkembangan kekuatan pertahanan Iran jauh lebih cepat daripada kemampuan musuh untuk memulihkan diri.
Kegagalan Strategi Israel dan Kebangkitan Front Perlawanan
Dalam pidatonya di Aksi Solidaritas Quds Internasional di Semnan, Safavi menyoroti kegagalan rezim Zionis dalam menghancurkan Front Perlawanan regional.
“Think tank Zionis gagal memberantas Front Perlawanan dan justru memasuki fase kemunduran,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan Operasi Badai Al-Aqsa—serangan bersejarah gerakan perlawanan Gaza yang berhasil menembus wilayah pendudukan, mengepung pangkasan militer Israel, dan menawan 241 tentara Zionis.
“Operasi ini adalah jawaban nyata atas kejahatan Zionis selama puluhan tahun,” ujarnya.
Meski Israel membalas dengan perang genosida yang menewaskan ribuan warga Palestina dan menghancurkan infrastruktur, Safavi menegaskan bahwa semangat perlawanan tidak pernah padam.
“Masa depan wilayah ini akan berbeda. Kemenangan akhir adalah milik Palestina dan umat Islam global, sementara kekalahan menunggu rezim Zionis,” tegasnya.
Kecaman atas Dukungan AS dan Kebijakan Trump yang “Gila”
Safavi juga mengecam Amerika Serikat atas dukungan militernya terhadap Israel, menyebut Washington sebagai “kaki tangan kejahatan perang Zionis”.
Ia secara khusus menyoroti kebijakan “gila dan tidak stabil” mantan Presiden AS Donald Trump, yang disebutnya berusaha membantai warga tak bersalah di Front Perlawanan, namun gagal total.
“Dengan bantuan rezim Zionis, Trump mencoba memicu pembunuhan massal, tetapi rencananya berantakan,” ujarnya.
Seruan Boikot dan Tekan Diplomatik
Safavi mendesak negara-negara Muslim untuk mengambil langkah konkret melawan kepentingan AS dan Israel, termasuk:
- Boikot produk Amerika dan Zionis
- Blokir pengiriman senjata ke Israel
- Tekan AS agar hentikan dukungan tanpa syarat
- Desak negara Arab putus hubungan dengan rezim pendudukan
“Kekuatan arogan tidak pernah menyangka Front Perlawanan akan tumbuh menjadi ancaman multi-sektor bagi Zionis,” tegasnya. “Perjuangan ini akan terus berlanjut hingga Palestina merdeka sepenuhnya.”