Gaza, Purna Warta – Pemimpin Palestina yang dipenjara, Marwan Barghouti, tahanan Palestina paling terkemuka dalam tahanan Israel, menderita patah tulang rusuk setelah dipukuli oleh penjaga di penjara-penjara Israel.
Kantor Media Tahanan mengatakan pada hari Rabu bahwa Barghouti dipukuli oleh penjaga penjara Israel saat dipindahkan dari Penjara Ramon di bagian selatan wilayah Palestina yang diduduki ke Penjara Megiddo di utara pada pertengahan September.
Pemimpin yang dipenjara tersebut kehilangan kesadaran dan menderita patah tulang di empat tulang rusuk, tambahnya.
Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan dan Masyarakat Tahanan Palestina sebelumnya mengungkapkan bahwa Barghouti juga diserang pada 9 September tahun lalu saat ditahan di sel isolasi di Penjara Megiddo milik rezim Israel.
Saat itu, Barghouti menderita banyak luka dan pendarahan di telinga kanannya, yang kemudian berubah menjadi infeksi akibat kelalaian medis.
Pria berusia 66 tahun ini, seorang pemimpin senior kelompok Fatah pimpinan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, adalah salah satu tokoh paling terkemuka dan populer dalam politik Palestina.
Ia telah menjalani lima hukuman seumur hidup di penjara-penjara Israel sejak tahun 2002 atas tuduhan terkait Intifada Kedua (Pemberontakan), yang dimulai pada tahun 2000.
Para tahanan Palestina telah melaporkan bahwa mereka ditahan dalam kondisi tragis, terutama selama dua tahun terakhir perang genosida Israel di Jalur Gaza. Dalam berbagai laporan, kelompok pembela hak asasi tahanan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengungkap penyiksaan sistematis yang dilakukan terhadap para tahanan, termasuk pemukulan, kelaparan, penghentian kunjungan, dan kelalaian medis.
Pekan lalu, rezim dan gerakan perlawanan Hamas di Gaza menyetujui tahap pertama dari rencana untuk melakukan gencatan senjata di Gaza, membebaskan semua tawanan Israel yang tersisa di wilayah pesisir tersebut dengan imbalan tawanan Palestina, dan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari seluruh wilayah Palestina. Barghouti termasuk di antara tahanan yang seharusnya dibebaskan oleh rezim.
Pejabat senior Hamas, Mousa Abu Marzouk, baru-baru ini mengatakan bahwa kelompok tersebut bersikeras untuk membebaskan Barghouti dan tokoh-tokoh penting lainnya, dan bahwa mereka sedang berdiskusi dengan para mediator.
Tel Aviv telah menolak pembebasan tahanan-tahanan penting, yang pembebasannya telah lama diperjuangkan Hamas.
Beberapa pakar mengatakan Barghouti bisa menjadi tokoh penggerak yang kuat bagi warga Palestina. Banyak warga Palestina mengatakan mereka menganggapnya sebagai Nelson Mandela mereka sendiri, aktivis anti-apartheid Afrika Selatan yang menjadi presiden kulit hitam pertama negaranya.
Banyak warga Palestina memandang ribuan orang yang ditahan oleh rezim tersebut sebagai tahanan politik atau pejuang kemerdekaan yang melawan pendudukan militer Israel selama puluhan tahun.