PBB: Israel Membunuh Satu Perempuan Setiap Jam di Gaza

Israel killed 1

Gaza, Purna Warta – Pasukan Israel telah membunuh lebih dari 28.000 perempuan dan anak perempuan di Gaza sejak Oktober 2023, menurut laporan UN Women (Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan).
Jumlah yang mencengangkan ini setara dengan satu perempuan atau anak perempuan tewas setiap jam selama perang yang menghancurkan dan kini telah memasuki bulan ke-20.
Dalam laporannya, badan PBB tersebut menyatakan bahwa angka tersebut mencakup ribuan ibu yang kini meninggalkan anak-anak, keluarga, dan komunitas yang hancur oleh duka mendalam.
Jumlah korban jiwa tersebut mencakup baik kematian yang telah dikonfirmasi maupun “kematian berlebih”—yaitu mereka yang kemungkinan tidak tercatat akibat runtuhnya sistem kesehatan dan pelaporan di Gaza.
UN Women menyatakan bahwa estimasinya didasarkan pada analisis yang diterbitkan di jurnal The Lancet pada Februari 2025, yang mengindikasikan bahwa jumlah korban tewas di Gaza kemungkinan telah dilaporkan 41 persen lebih rendah dari angka sebenarnya.
Badan ini kembali menyerukan gencatan senjata segera, pemulihan akses kemanusiaan tanpa hambatan, serta pembebasan tanpa syarat terhadap semua tawanan dan mereka yang ditahan sewenang-wenang oleh Israel.
“Banyak nyawa berada di ujung tanduk,” tegas UN Women.
Sejak Israel memutuskan gencatan senjata dua bulan pada 18 Maret, kondisi di Gaza semakin memburuk, diperparah oleh sembilan minggu blokade berkelanjutan terhadap bantuan kemanusiaan. Seluruh penduduk kini dengan cepat kehabisan makanan dan kebutuhan dasar, dengan kelaparan yang semakin tak terhindarkan.
Hal ini berarti bahwa setiap perempuan dan anak perempuan—lebih dari satu juta orang—kini menghadapi tingkat kelaparan yang sangat parah, kata UN Women.
Menurut laporan tersebut, perempuan-perempuan ini terjebak dalam krisis yang memburuk, ditandai oleh pengungsian massal, meningkatnya kematian ibu melahirkan, serta kurangnya perlindungan dan rasa aman.
UN Women juga menyampaikan kekhawatiran atas terbatasnya kemampuan mereka untuk mendukung kelompok masyarakat sipil yang dipimpin perempuan di Gaza, dengan menyebut bahwa pembatasan akses yang terus berlangsung, kekurangan dana kronis, dan minimnya sumber daya penting sangat menghambat operasi mereka.
Organisasi-organisasi ini, yang seringkali sangat penting dalam menyalurkan bantuan, memberikan perlindungan, serta memperjuangkan hak-hak perempuan, kini berjuang keras untuk tetap berfungsi di tengah terus berlangsungnya pengeboman, blokade, dan pembatasan akses kemanusiaan oleh Israel, yang membuat mereka terputus dari sumber daya dan dukungan internasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *