Gaza, Purna Warta – Pasukan rezim Israel melancarkan serangan besar-besaran di Tepi Barat yang diduduki pada hari Minggu, menyerbu rumah-rumah tahanan Palestina yang diperkirakan akan dibebaskan berdasarkan kesepakatan pertukaran tahanan, dan memperingatkan keluarga mereka agar tidak merayakannya.
Baca juga: PM Prancis Sebastien Lecornu Berpacu dengan Waktu untuk Membentuk Pemerintahan
Pasukan rezim Israel melakukan serangan agresif di beberapa wilayah Tepi Barat yang diduduki, bertepatan dengan serangan yang terus dilakukan oleh pemukim bersenjata terhadap warga sipil dan properti Palestina.
Menurut sumber-sumber Palestina, serangan tersebut memicu konfrontasi antara pasukan pendudukan dan pemuda Palestina di beberapa kota, menyebabkan beberapa orang terluka oleh peluru tajam dan peluru karet, serta sesak napas akibat gas air mata.
Situs web Arab48 melaporkan bahwa tentara rezim menggeledah rumah-rumah, memukuli penduduk, dan melakukan interogasi di tempat. Beberapa warga Palestina ditahan dan dibawa ke lokasi yang dirahasiakan.
Pasukan Israel menyerbu rumah puluhan tahanan yang diperkirakan akan dibebaskan dalam pertukaran tahanan mendatang, mengancam keluarga agar tidak mengibarkan bendera, mengambil foto, atau mengadakan pertemuan penyambutan.
Di kota Silwad, utara Ramallah, pasukan Israel menahan delapan warga Palestina, sementara di Beit Furik dekat Nablus, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, Mahmoud Shadi, ditangkap.
Di desa Salem, timur Beit Furik, saudara laki-laki tahanan Palestina Anas Ishtiyeh juga ditangkap. Beberapa pemuda Palestina terluka dalam bentrokan di Yatta, selatan Hebron.
Media Palestina melaporkan pasukan rezim merusak dan merobek foto-foto warga Palestina yang terbunuh selama serangan mereka di lingkungan al-Yasmina di pusat Nablus.
Baca juga: Pengadilan Banding Menolak Trump Mengerahkan Garda Nasional AS di Illinois
Sejak dimulainya perang rezim Israel di Gaza, serangan dan pembunuhan harian semakin intensif di Tepi Barat yang diduduki, tempat jutaan warga Palestina terus hidup di bawah pendudukan militer yang brutal dan pelanggaran sistematis terhadap hak-hak dasar mereka.
Meskipun semakin banyak bukti praktik apartheid dan penahanan administratif, komunitas internasional sebagian besar tetap diam — sebuah kebisuan yang menurut warga Palestina semakin memperkuat agresi dan pendudukan rezim yang sedang berlangsung.