Gaza, Purna Warta – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memerintahkan militer rezim tersebut untuk menyiapkan rencana untuk mengevakuasi warga sipil Palestina dari Rafah Gaza menjelang invasi darat yang diperkirakan terjadi di kota padat penduduk di selatan Gaza, meskipun ada peringatan bahwa tindakan seperti itu “akan menjadi bencana.”
Baca Juga : Kandidat Independen Menguasai Pemilu Pakistan yang Kontroversial
Pada hari Jumat (8/2), kantor Netanyahu mengatakan dia telah memerintahkan militer untuk membuat “rencana gabungan” yang mencakup evakuasi massal warga sipil dan serangan terhadap pejuang Hamas di Rafah.
“Tidak mungkin mencapai tujuan perang untuk melenyapkan Hamas dengan meninggalkan empat batalyon Hamas di Rafah,” kata pernyataan itu.
“Sebaliknya, jelas bahwa aktivitas yang intens di Rafah mengharuskan warga sipil mengungsi dari wilayah pertempuran,” klaimnya.
Perintah evakuasi dipandang sebagai bagian dari propaganda Israel. Pada awal agresi di Gaza, rezim memerintahkan 1,1 juta orang di utara Gaza untuk mengungsi dan pindah ke selatan wilayah pesisir tersebut. Namun, hujan bom terus terjadi di wilayah selatan.
Masih belum jelas ke mana warga sipil dapat pergi karena perang genosida Israel di Gaza yang dimulai pada bulan Oktober telah menyebabkan kehancuran yang luas, terutama di bagian utara Gaza.
Perintah Netanyahu ini bertentangan dengan kritik keras internasional, termasuk dari AS, atas niat Israel untuk menyerang Rafah yang berbatasan dengan Mesir dan sekarang menjadi rumah bagi ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi dari rumah mereka di bagian lain Gaza karena serangan Israel.
Baca Juga : Media dan Pemerintah Amerika Geger Terkait Wawancara Putin
Presiden AS Joe Biden pada hari Kamis mengatakan bahwa tindakan Israel dalam perang tersebut “berlebihan,” dan merupakan kritik paling keras yang pernah dilakukan AS terhadap sekutu setianya.
Departemen Luar Negeri AS juga memperingatkan bahwa invasi ke Rafah dalam situasi seperti ini “akan menjadi bencana.”
Israel sudah mulai menyerang Rafah dari udara sejak semalam.
Pejabat badan bantuan juga telah memperingatkan terhadap segala invasi ke Rafah.
“Kami membutuhkan rumah sakit, tempat penampungan, pasar dan sistem air bersih yang tersisa di Gaza agar tetap berfungsi,” kata Catherine Russell, kepala badan anak-anak PBB UNICEF.
“Tanpa mereka, kelaparan dan penyakit akan meroket, sehingga merenggut lebih banyak nyawa anak-anak.”
Israel melancarkan perang di Gaza pada 7 Oktober setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa yang mengejutkan terhadap entitas pendudukan sebagai tanggapan terhadap kampanye pertumpahan darah dan kehancuran yang dilakukan rezim Israel selama puluhan tahun terhadap warga Palestina.
Baca Juga : Sekjen Hizbullah: Israel Terjebak di Rawa Gaza
Sejak dimulainya serangan, rezim Tel Aviv telah menewaskan sedikitnya 27.947 warga Palestina dan melukai lebih dari 67.459 lainnya.
Ribuan lainnya juga hilang dan diperkirakan tewas di bawah reruntuhan di Gaza, yang berada di bawah “pengepungan total” oleh Israel.