Yerusalem, Purna Warta – Media Israel Maariv pada Sabtu (3/7) dalam sebuah analisis memperingatkan bahwa memburuknya situasi keamanan yang terjadi saat ini di kawasan pendudukan Israel akan memicu terjadinya intifadah ketiga di Tepi Barat.
“Situasi di Tepi Barat menjadi berbahaya menyusul partisipasi ribuan warga Palestina dalam konflik baru-baru ini, konflik yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam dua tahun terakhir. Ini terjadi pada saat Otoritas Palestina kehilangan kendali atas situasi,” tulis pakar militer Israel di artikel yan dipublikasikan media itu.
Al-Arabi Al-Jadeed, mengutip surat kabar tersebut, mengatakan bahwa, Maariv mengatakan bahwa partisipasi besar rakyat Palestina dalam demonstrasi Tepi Barat baru-baru ini telah membantah hipotesis organisasi estimasi strategis Tel Aviv; Hipotesis bahwa rakyat Palestina lelah dan tidak akan lagi siap untuk memasuki Tel Aviv.
Baca Juga : PBB: Dalam 2 Pekan Israel Gusur 24 Bangunan Milik Palestina
Laporan tersebut mencatat bahwa beberapa pemimpin militer Israel, salah satunya komandan pasukan pendudukan di Tepi Barat utara, percaya bahwa intifada ketiga telah “secara praktis berkobar.”
Dia mencatat bahwa di masa lalu, pasukan Zionis menghadapi satu atau dua demonstrasi Palestina setiap minggu. Tapi sekarang mereka menghadapi empat demonstrasi sehari, yang sebagian besar berpusat di sekitar kota Avitar yang mayoritas penduduknya warga Zionis.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa 35 warga Palestina telah ditembak mati oleh tentara Israel dalam beberapa bulan terakhir menyusul bentrokan yang pecah di berbagai bagian Tepi Barat.
Komandan Israel itu menekankan bahwa jumlah warga Palestina yang dibunuh oleh tentara pendudukan akhir-akhir ini adalah yang tertinggi dalam dekade terakhir.
Baca Juga : Pasukan Perlawanan Palestina Sukses Isi Ulang Roket Pasca Perang 11 Hari
Menurut Ben David, tanda-tanda melemahnya Otoritas Palestina, serta tanda-tanda bahwa organisasi itu telah kehilangan kendali, menimbulkan bahaya besar bagi Tel Aviv karena fakta ini membuka jalan bagi perkembangan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dibuka di Tepi Barat.
Maariv dalam artikelnya itu lebih lanjut menyerukan kepada kabinet baru rezim Zionis untuk segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah situasi di Tepi Barat memburuk.
Ia mengatakan pembangunan kota Avitar di lereng Gunung Sabih merupakan langkah strategis yang bertujuan untuk memecah-belah wilayah Palestina. Hal itu dianggap akan mencegah terbentuknya negara Palestina di masa depan.
Pada bulan lalu, rezim pendudukan telah membangun pemukiman baru di lereng Gunung Sabih di barat laut yang akhirnya memicu bentrokan berdarah antara pemukim zionis dan warga Palestina.
Baca Juga : Israel Kembali Bombardir Gaza dan Tembak Mati 1 Pemuda di Tepi Barat
Menyusul bentrokan sengit antara penduduk Palestina dan pemukim Zionis, Perdana Menteri baru Israel Naftali Bennett pada Rabu malam waktu setempat terpaksa memerintahkan para pemukim untuk meninggalkan daerah itu.
Sejak pendudukan Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza pada tahun 1967, Tel Aviv telah membangun banyak pemukiman di berbagai bagian Tepi Barat yang mana itu menjadi rumah bagi sekitar 650.000 Zionis. Komunitas internasional menganggap pemukiman ini ilegal.
Orang-orang Palestina yang tinggal di daerah Bita bersikeras bahwa itu adalah satu-satunya solusi adalah agar para pemukim harus meninggalkan tempat tersebut.