Gaza, Purna Warta – Menurut laporan sebuah lembaga HAM, sembilan dari sepuluh anak yang tinggal di Jalur Gaza menderita berbagai macam trauma setelah perang Israel terbaru di daerah yang terkepung. Serangan tersebut telah menewaskan sekitar 66 anak.
Lembaga Pengamat Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania dalam laporan pada hari Jumat (2/7) mengungkapkan bahwa 91% anak-anak di Gaza telah menderita trauma psikologis setelah serangan rezim Israel selama 11 hari yang menewaskan hampir 260 orang dan melukai 2.000 orang lainnya. Serangan itu juga menghancurkan ribuan rumah dan menimbulkan kerusakan drastis pada ekonomi dan infrastruktur Jalur Gaza.
Baca Juga : Hamas: Serangan Israel Tak Akan Pengaruhi Tekad Palestina Lawan Pendudukan
Laporan yang berjudul One War Older, mengatakan sekitar 50% dari dua juta orang di Jalur Gaza adalah anak-anak di bawah 15 tahun, mereka mencatat bahwa 241 anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya akibat pemboman Israel, sekitar 5.400 anak kehilangan rumah, dan 42.000 anak mengalami kerusakan pada rumahnya.
Dari 10 hingga 21 Mei, Israel terus-menerus membombardir Jalur Gaza dalam perang yang dipicu oleh serangan rezim yang berulang-ulang terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki. Bentrokan tersebut juga dipicu oleh pemindahan paksa di lingkungan al-Quds Yerusalem Timur di Sheikh Jarrah.
Mariam Dawwas, seorang peneliti lapangan di Euro-Med Monitor mengatakan bahwa mereka telah mendokumentasikan ratusan kasus penargetan langsung warga sipil di rumah mereka dalam pemboman besar-besaran Israel di Jalur Gaza.
“Tidak ada banyak perbedaan dari tiga serangan militer sebelumnya di Gaza, kecuali satu hal; Hari ini saya juga termasuk di antara mereka yang saya dokumentasikan,” kata Dawwas. Ia juga mengungsi bersama anaknya setelah pesawat tempur Israel mengebom rumah mereka.
Baca Juga : Pasukan Perlawanan Palestina Sukses Isi Ulang Roket Pasca Perang 11 Hari
“Saya berlari bersama mereka meninggalkan rumah dan berteriak mencari putri kecil saya setelah jet tempur Israel menargetkan gedung itu,” katanya. Ia menambahkan, “Hari ini, saya dan putri saya yang berusia 3 tahun, Sophie masih berusaha untuk hidup, kami harus mengalami PTSD seperti sebagian besar penduduk Gaza.”
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa sekitar 2.500 wanita hamil yang akan melahirkan dalam waktu tiga bulan dapat mengalami komplikasi saat melahirkan karena akibat langsung atau tidak langsung dari pemboman Israel.
Pada hari Senin (28/6), PBB membuat katalog banyaknya pelanggaran berat dan mematikan yang dilakukan oleh rezim Israel terhadap anak-anak Palestina di seluruh wilayah Palestina pada tahun 2020.
Angka-angka itu muncul dalam laporan tahunan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres tentang “konflik anak-anak dan dan pasukan bersenjata.”
Pelanggaran itu terjadi terhadap anak-anak di Jalur Gaza yang diblokade Israel, Tepi Barat yang diduduki, dan wilayah pendudukan lainnya sepanjang tahun lalu.
Baca Juga : Media Israel: Ada Indikasi Intifadah Ketiga Akan Berkobar
Laporan itu mengatakan bahwa pasukan rezim menargetkan 340 anak muda Palestina termasuk tujuh anak yang tewas. Kematian itu disebabkan oleh peluru dan serangan fisik selama penangkapan.
“PBB memverifikasi penahanan 361 anak-anak Palestina atas dugaan pelanggaran keamanan oleh pasukan Israel,” tambah dokumen tersebut.