Tepi Barat, Purna Warta – Kementerian Pendidikan Palestina mengatakan setidaknya 4.037 pelajar dan 209 staf pendidikan telah tewas sejak dimulainya agresi brutal Israel di Jalur Gaza yang terkepung pada 7 Oktober.
Baca Juga : Israel Lepaskan 80 Jenazah yang Dicuri Organnya untuk Dimakamkan di Gaza
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Rabu (27/12), kementerian mengatakan bahwa lebih dari 7.259 siswa dan 619 guru juga terluka di wilayah yang dikepung antara 7 Oktober dan 26 Desember.
Kementerian dan beberapa LSM yang berfokus pada pendidikan melaporkan bahwa 352 sekolah di Jalur Gaza mengalami kerusakan, sehingga mempengaruhi pendidikan 400.700 siswa. Tiga provinsi yaitu Gaza, Khan Younis dan Gaza Utara terkena dampak paling parah, menyumbang 74 persen dari total kerusakan.
Israel mendapat kecaman dari badan-badan PBB dan organisasi hak asasi manusia atas “hukuman kolektif” terhadap 2,3 juta penduduk Gaza. Jumlah tersebut terjadi ketika rumah sakit dan sekolah, yang dilindungi hukum kemanusiaan internasional, telah berulang kali terkena serangan Israel sejak perang meletus.
Israel membenarkan serangan terhadap sekolah, universitas, dan rumah sakit PBB, dengan mengatakan bahwa serangan tersebut digunakan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas. Rezim tidak memberikan bukti atas klaimnya.
Baca Juga : Perlawanan Irak Targetkan Pangkalan Militer AS di Irak dan Suriah sebagai Serangan Balasan
Laporan media juga membantah klaim Israel bahwa Hamas mengelola pusat komando di bawah Rumah Sakit Shifa, fasilitas medis terbesar di Gaza, yang lumpuh akibat penembakan Israel.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah berulang kali menyerukan gencatan senjata dan mengecam krisis kemanusiaan yang mengerikan di Gaza. Sekjen PBB telah menggunakan Pasal 99 Piagam PBB, sebuah langkah yang bertujuan untuk secara resmi memperingatkan Dewan Keamanan mengenai ancaman global yang ditimbulkan oleh barbarisme Israel. Palang Merah menuntut Israel mematuhi hukum internasional.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Federasi Palang Merah Internasional, Jagan Chapagain, mengatakan “Tidak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkan betapa dalamnya penderitaan manusia di Gaza”.
Organisasi kemanusiaan tersebut telah berulang kali menyerukan agar akses ke Gaza dan warga sipil dilindungi. “Dalam konflik ini, warga sipil dan pekerja kemanusiaan harus menanggung akibatnya, bahkan ada yang kehilangan nyawa,” tulis Chapagain di X. “Peraturan ada untuk membantu melestarikan umat manusia di saat-saat paling kelam, dan hal ini sangat diperlukan.”
Baca Juga : Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Turki Setujui Tawaran Swedia untuk Bergabung dengan NATO
Perkembangan ini terjadi ketika pemboman yang tak henti-hentinya dan tanpa pandang bulu merenggut nyawa lebih banyak warga sipil tak berdosa pada hari ke-82 perang genosida Israel di Gaza. Rezim Israel terus melakukan pemboman tanpa henti, membunuh lebih banyak perempuan dan anak-anak yang tidak bersalah.
Setidaknya enam warga Palestina tewas dalam serangan udara terbaru yang melanda Gaza utara.Tentara Israel juga menargetkan kamp pengungsi Nuseirat, Bureij dan Maghazi. Di selatan, kota Khan Yunis telah menjadi lokasi serangan artileri dan serangan udara yang mematikan, yang terbaru menewaskan 20 orang.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan rezim Zionis telah mengintensifkan serangan di sekitar rumah sakit Nasser, sehingga meningkatkan kekhawatiran mengenai nyawa ribuan orang yang berlindung di sana.
Baca Juga : MSF: Kengerian di Gaza oleh Serangan Israel Tidak Dapat Digambarkan dengan Kata-kata
Korban tewas kini telah melampaui 21.100 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekali lagi mengecam pertumpahan darah Israel di Gaza dan memperingatkan tentang situasi kemanusiaan yang mengerikan di sana.