Gaza, Purna Warta – Reporters Without Borders (RSF) mengatakan 140 jurnalis telah tewas terbunuh dalam serangan, pemboman, dan serangan rudal yang dilakukan militer Israel di Jalur Gazaj, enam bulan setelah perang genosida yang dilakukan rezim tersebut di wilayah yang terkepung.
Organisasi non-pemerintah internasional yang bermarkas di Paris juga meminta komunitas internasional untuk memberikan tekanan lebih besar pada Israel untuk mencegah terjadinya tragedi menyakitkan di Gaza.
Baca Juga : Rial Yaman di Provinsi yang Dikuasai Koalisi Mengalami Kerugian
Sementara itu, Catherine Russell, Direktur Eksekutif Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), mengumumkan lebih dari 13.000 anak tewas dan banyak lainnya terluka akibat perang di Gaza.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengatakan dalam laporan tahunannya yang dirilis pada tanggal 15 Februari bahwa tujuh puluh dua dari 99 jurnalis yang terbunuh di seluruh dunia pada tahun 2023 adalah warga Palestina yang melaporkan perang Israel di Gaza.
Jumlah pembunuhan terhadap jurnalis akan menurun secara global dari tahun ke tahun jika bukan karena kematian dalam perang yang sedang berlangsung di Gaza, kata organisasi tersebut.
“Pada bulan Desember 2023, CPJ melaporkan bahwa lebih banyak jurnalis yang terbunuh dalam tiga bulan pertama perang Israel-Gaza dibandingkan jumlah jurnalis yang terbunuh di satu negara selama satu tahun penuh,” catat CJP.
Jodie Ginsberg, presiden CPJ, mengatakan serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal ancaman terhadap jurnalis.
Setidaknya 33.137 warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, telah dipastikan tewas dan 75.815 lainnya terluka sejauh ini dalam perang genosida Israel, yang dimulai setelah Operasi Badai al-Aqsa oleh gerakan perlawanan yang berbasis di Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023.
Baca Juga : Hamas Kecam Kekeraskepalaan Israel terhadap Gencatan Senjata dan Penolakan Memenuhi Tuntutan
Kampanye militer Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, menghancurkan rumah sakit dan membuat setengah dari 2,4 juta penduduknya mengungsi di “penjara terbuka terbesar di dunia.”
Israel juga telah memberlakukan “pengepungan total” terhadap wilayah pesisir tersebut, memutus bahan bakar, listrik, makanan dan air bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang tinggal di sana.