Tel Aviv, Purna Warta – Kepala rabbi Israel memperingatkan pada hari Sabtu (9/3) bahwa Yahudi ultra-Ortodoks (Haredim dalam bahasa Ibrani) akan meninggalkan wilayah pendudukan secara massal jika rezim tersebut mengakhiri pengecualian komunitas tersebut dari wajib militer dan memaksa mereka untuk bergabung dengan tentara pendudukan.
Baca Juga : UNRWA Peringatkan Situasi Tragis di Gaza Utara Seiring dengan Meningkatnya Kelaparan
“Jika Anda memaksa kami untuk wajib militer, kami semua akan pindah ke luar negeri,” kata Kepala Rabi Sephardic Yitzhak Yosef dalam ceramah mingguannya.
“Kami akan membeli tiket; tidak ada yang memaksa kami menjadi tentara” Tambahnya tegas.
Ucapan Yosef belakangan ini pun menuai kritik. Pemimpin Oposisi Yair Lapid, ketua partai berhaluan tengah Yesh Atid, mengatakan komentar tersebut “merupakan aib dan penghinaan” bagi tentara Israel.
Para pemuda Haredim secara praktis dibebaskan dari wajib militer. Namun, rasa frustrasi semakin meningkat di antara mereka ketika tekanan masyarakat Israel meningkat untuk menghapuskan kebijakan pemberian pengecualian komprehensif bagi siswa sekolah agama dari dinas militer di tengah perang lima bulan rezim tersebut di Jalur Gaza yang terkepung dan kekurangan tenaga kerja.
Bulan lalu, Knesset mengesahkan rancangan undang-undang wajib militer, yang memerlukan dua pembahasan lagi, dengan tujuan untuk mengintegrasikan lebih banyak pria ultra-Ortodoks ke dalam militer Israel.
Baca Juga : Iran dan Irak Tekankan Peningkatan Kerjasama Medis
Sesuai kebijakan Israel, komunitas tersebut dipaksa menjalani wajib militer, yang berarti mereka harus bertugas di tentara pendudukan – atau mereka akan menjalani hukuman penjara.
Setelah RUU tersebut disahkan, Channel 12 Israel mengatakan ratusan pemuda Ultra-Ortodoks melakukan protes dan memblokir jalan-jalan di al-Quds yang diduduki.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan seperti, “Kami lebih baik mati daripada mengabdi,” dan media Israel melaporkan bentrokan hebat antara demonstran dan pasukan Israel.
Sejak dimulainya agresi rezim di Gaza, hampir setengah juta warga Israel dilaporkan telah meninggalkan wilayah pendudukan.
Menurut militer Israel, selama setahun terakhir sekitar 66.000 pemuda dari komunitas ultra-Ortodoks, sektor dengan pertumbuhan tercepat dalam populasi, menerima pengecualian dari dinas militer.
Militer mengatakan sekitar 540 dari mereka memutuskan untuk mendaftar militer sejak perang dimulai pada 7 Oktober.
Baca Juga : Hizbullah Serang Pasukan Israel dengan Rudal Burkan Kaliber Berat
Pada tahun 2022, populasi Haredi berjumlah sekitar 1.280.000 jiwa, atau sekitar 13,3 persen dari total populasi Israel, menurut angka resmi Israel.
Rezim sejauh ini telah membunuh lebih dari 30.878 warga Palestina di Gaza, sebagian besar dari mereka adalah perempuan, anak-anak, dan remaja.