Keluarga Tawanan Israel Kecam Menteri Ekstremis Smotrich karena Menentang Kesepakatan Gaza

Tel Aviv, Purna Warta – Keluarga tawanan Israel yang ditahan di Jalur Gaza sejak Oktober lalu telah menyatakan kemarahan atas penentangan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich untuk mengakhiri perang dan membawa kembali kerabat mereka.

Baca juga: Kelompok Yahudi Anti Zionis Desak Polisi London Cabut Larangan Aksi Pro-Palestina

Smotrich, seorang garis keras Zionis yang terkenal, menentang kesepakatan damai yang saat ini sedang dinegosiasikan di ibu kota Qatar, Doha, untuk menghentikan perang genosida terhadap warga Palestina di Gaza dan membebaskan tawanan Israel.

Anggota keluarga yang marah dari beberapa tawanan, banyak yang membawa foto-foto kerabat mereka, mengomel kepada menteri Israel itu pada hari Senin.

Berdesakan di ruang komite di Knesset, keluarga-keluarga tersebut — sebagian marah, sebagian menangis, dan yang lainnya memohon — meminta Smotrich dalam pertemuan yang penuh emosi yang berlangsung selama lebih dari satu jam untuk berhenti menentang kesepakatan damai dengan gerakan perlawanan Hamas Palestina.

Mereka menegur Smotrich, dengan mengatakan bahwa dia telah meninggalkan tawanan Israel yang ditahan oleh kelompok perlawanan Palestina.

Salah seorang anggota keluarga, Ofir Angrest, yang saudara laki-lakinya Matan ditawan selama Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, memberi tahu Smotrich bahwa sudah waktunya membuat kesepakatan untuk memulangkan para tawanan.

Kendala utama kesepakatan damai antara perwakilan dari rezim Tel Aviv dan Hamas — yang telah ditengahi oleh mediator dari Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat — adalah penentangan keras oleh kelompok garis keras Israel yang dipimpin oleh Smotrich, yang terus-menerus menolak untuk menyetujui gencatan senjata yang langgeng dengan Hamas.

Smotrich, yang merupakan pemimpin salah satu partai ekstremis yang membentuk koalisi sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang memerintah rezim Tel Aviv, telah menjadi salah satu penentang paling lantang kesepakatan damai tersebut, yang ia gambarkan sebagai “penyerahan diri” kepada Hamas.

Sampai saat ini, Netanyahu telah menolak serangkaian proposal gencatan senjata yang diajukan kepadanya, termasuk yang diajukan oleh pemerintahan Biden pada bulan Mei. Namun, tekanan publik dan diplomatik yang meningkat terhadap rezim Tel Aviv untuk mencapai kesepakatan guna mengamankan pembebasan tawanan juga meningkat.

Baca juga: Hari Kelahiran Imam Ali Menginspirasi Hari Ayah di Iran

Kelompok perlawanan Palestina, pada bagian mereka, telah menunjukkan kesiapan untuk membuat kesepakatan guna mengakhiri agresi Israel di Gaza. Setidaknya 46.600 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas sejak rezim Israel melancarkan perang di Jalur Gaza pada awal Oktober 2023.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *