Al-Quds, Purna Warta – Kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza yang terkepung berada dalam siaga penuh dan telah mengambil tindakan keamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah adanya ancaman Israel terhadap para pemimpin mereka.
Baca Juga : Produksi Bahan Nuklir Strategis Kedua Di Dunia Oleh Iran
Menyusul ancaman rezim Israel untuk membunuh para pemimpin mereka, kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza yang terkepung dan di luar negeri, khususnya Lebanon, telah disiagakan penuh dan telah mengambil langkah-langkah keamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya, situs berita Al-Araby Al-Jadeed melaporkan pada Rabu (23/8).
Mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya dari kelompok perlawanan, situs yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa tokoh-tokoh Palestina di negara tetangga Lebanon juga telah mengadopsi langkah-langkah keamanan yang ditingkatkan setelah operasi perlawanan baru-baru ini di Tepi Barat yang diduduki.
Sumber tersebut menambahkan bahwa ancaman rezim Israel ditanggapi dengan serius oleh kelompok perlawanan. Laporan tersebut lebih lanjut mencatat bahwa kelompok perlawanan Palestina mengevakuasi basis utama mereka untuk bersiap menghadapi kemungkinan serangan dan kejahatan yang dilakukan pasukan pendudukan.
Ketika Tel Aviv meningkatkan ancamannya terhadap para pemimpin perlawanan dalam beberapa hari terakhir, berbagai jenis drone pengintai Israel mulai berpatroli di langit di berbagai wilayah Jalur Gaza dalam upaya mengumpulkan informasi.
Baca Juga : Komandan Iran: Iran Dan Rusia Setujui Perjanjian Pertahanan Baru
Selama beberapa jam terakhir, drone tersebut meningkatkan patroli mereka di langit Gaza, menunjukkan bahwa rezim pendudukan mungkin sedang mempersiapkan serangan terhadap daerah kantong miskin tersebut.
Pada hari Selasa, Ismail Haniyeh, kepala biro politik gerakan perlawanan Palestina Hamas, menekankan bahwa warga Palestina akan menghadapi pelanggaran Israel di Tepi Barat yang diduduki dengan ketabahan dan perlawanan yang lebih besar.
“Tidak ada solusi politik atau keamanan di Tepi Barat setelah apa yang disebut proses politik gagal dan perjanjian Oslo tersebar,” tambah ketua Hamas tersebut.
“Rakyat kami tidak lagi bertaruh pada jalur politik ini, yang telah merugikan perjuangan Palestina dan hak-hak historis kami di Palestina,” tegas Haniyeh.
Baca Juga : Menlu: Malaysia Tidak Akan Pernah Akui Sanksi Kejam AS Terhadap Iran
Pasukan Israel melancarkan serangan di berbagai kota di Tepi Barat hampir setiap hari dengan dalih menahan orang-orang Palestina yang oleh rezim disebut sebagai “buronan”. Penggerebekan biasanya berujung pada konfrontasi kekerasan dengan warga.
Lebih dari 200 warga Palestina telah terbunuh tahun ini di wilayah pendudukan Palestina dan Gaza. Mayoritas korban jiwa tercatat di Tepi Barat. Setidaknya 30 orang tewas dalam serangan balasan Palestina terhadap pemukim Israel pada waktu itu.