Israel Tahan 20 Warga Palestina dalam Penggerebekan di Tepi Barat

Israel Tahan 20 Warga Palestina dalam Penggerebekan di Tepi Barat

Tepi Barat, Purna Warta Militer Israel telah menahan 20 warga Palestina, termasuk dua anak di bawah umur dan dua mantan tahanan, dalam operasi di Tepi Barat yang diduduki sejak Selasa malam, seperti dilansir Masyarakat Tahanan Palestina.

Kebanyakan penangkapan terjadi di gubernur Hebron (al-Khalil), dengan penahanan tambahan di Tulkarem, Bethlehem, Qalqilya, dan Yerusalem al-Quds, menurut Prisoner’s Society.

Baca Juga : Iran Kecam Australia, Ungkap Standar Ganda Canberra

Hal ini menjadikan jumlah total penahanan Israel di Tepi Barat sejak 7 Oktober menjadi 8.745, kata kelompok itu. Selain itu, 498 orang, termasuk 124 anak di bawah umur dan tujuh wanita, telah tewas dalam serangan pasukan Israel dan pemukim di Tepi Barat yang diduduki sejak tanggal tersebut.

Pasukan Israel menangkap seorang pria Palestina setelah menggerebek kediamannya di lingkungan selatan kota Tulkarem di Tepi Barat yang diduduki, ungkap media lokal.

Selain itu, menurut media lokal, militer Israel menangkap seseorang di lingkungan al-Irsal di kota el-Bireh, sementara seorang pria lainnya ditahan di kota Birzeit, sebelah utara Ramallah.

Serangan Israel telah didokumentasikan di berbagai wilayah Tepi Barat yang diduduki, termasuk kota Azzun dan Izbat Shufa, bersamaan dengan laporan adanya tembakan setelah pasukan Israel memasuki kota Nablus.

Dalam insiden terpisah, militer Israel menangkap tiga warga Palestina, dua di antaranya berusia 15 tahun, selama operasi di kota Tulkarem, Tepi Barat, menurut kantor berita Wafa.

Badan tersebut lebih lanjut mencatat penahanan warga Palestina lainnya di desa Husan, sebelah barat Betlehem, dan melaporkan penangkapan dua pria di kamp Shu’fat dekat Yerusalem al-Quds, tempat gas air mata disebarkan.

Penggerebekan Israel juga didokumentasikan di kota Yabad dan Arrabeh di provinsi Jenin.

Sementara itu, pengunjuk rasa Israel menghalangi truk bantuan menuju Gaza di Tepi Barat yang diduduki, melemparkan paket makanan ke jalan dan merobek kantong gandum.

Sejarawan Palestina Saleh Abd al-Jawad, berbicara dari Tepi Barat yang diduduki kepada Al Jazeera, menegaskan bahwa agresi Israel saat ini lebih brutal dibandingkan saat Nakba tahun 1948.

Al-Jawad menekankan, “Ada penduduk sipil yang terbunuh dengan senjata tercanggih Amerika, siang dan malam. Menit demi menit.”

Baca Juga : Sekjen PBB Kecam Pembunuhan Anggota Staf di Gaza, Desak Penyelidikan Penuh

Jenin Anzawi dari kamp pengungsi Jenin juga menyuarakan sentimen serupa, mengutip “genosida aktif di Gaza” dan menyesali kurangnya dukungan dari negara-negara tetangga di Arab.

Mohammad Abu Ameera, juga dari kamp pengungsi Jenin, mengkritik tidak adanya dukungan dari negara-negara Arab, dengan mengatakan, “Gaza berperang dengan sendirinya, berperang dengan sendirinya, dibantai dengan sendirinya.” Dia mengungkapkan rasa frustrasinya karena tentara Arab tidak dikerahkan untuk melindungi rakyatnya namun malah “digunakan untuk melawan rakyatnya sendiri”.

Selama Nakba pertama, 13.000 warga Palestina tewas dalam tiga tahun. Sejak Oktober 2023, lebih dari 35.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *