Gaza, Purna Warta – Setidaknya 16 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di sebuah sekolah yang dikelola PBB yang menampung orang-orang terlantar di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.
Baca juga: Pasukan Israel Bunuh Lima Jurnalis dalam 24 Jam di Gaza
Kementerian Kesehatan Jalur Gaza mengatakan Sabtu bahwa serangan terhadap sekolah tersebut juga melukai lebih dari 50 orang. Video dari lokasi kejadian menunjukkan orang-orang berlarian di jalan yang dipenuhi asap dan debu serta puing-puing untuk menolong yang terluka.
Serangan tersebut, menurut laporan, menargetkan lantai atas sekolah, yang terletak di dekat pasar yang ramai.
Juru bicara Layanan Darurat Sipil Gaza Mahmoud Basal mengatakan bahwa jumlah korban tewas dapat meningkat karena banyak dari yang terluka berada dalam kondisi kritis.
Ia menegaskan kembali bahwa serangan militer Israel terhadap sekolah tersebut sekali lagi menunjukkan bahwa tidak ada tempat di Gaza yang aman bagi orang-orang yang telah meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat berlindung.
Sebelumnya pada hari itu, pasukan rezim menewaskan sedikitnya sepuluh orang, termasuk sembilan anggota keluarga, ketika mereka membombardir sebuah rumah yang menampung orang-orang terlantar di kamp pengungsian.
Petugas medis mengatakan seorang anak termasuk di antara orang-orang yang tewas di rumah tersebut.
PBB sekali lagi menyoroti penderitaan pengungsian berulang yang dialami warga Palestina di Gaza, yang tengah mengalami perang genosida Israel.
Nuseirat, kamp pengungsi yang sibuk dan padat di tengah Jalur Gaza, diserang pada 8 Juni, ketika pasukan Israel menewaskan sedikitnya 276 warga Palestina sebelum mereka menyelamatkan empat tawanan Israel.
Baca juga: Israel Bebaskan 15 Tahanan Palestina di Gaza, lalu Membom Mereka
Menurut kementerian kesehatan Gaza, pasukan rezim tersebut menewaskan sedikitnya 29 warga Palestina dan melukai 100 lainnya di seluruh jalur pantai yang terkepung dalam 24 jam terakhir.
Lebih dari 38.100 warga Palestina telah kehilangan nyawa sejak rezim Israel melancarkan serangan militer paling berdarah di Gaza pada awal Oktober.