Tel Aviv, Purna Warta – Rezim Israel telah melancarkan serangan udara baru di Suriah dan Lebanon, yang menargetkan posisi militer dan perlawanan, sambil terus melanggar perjanjian gencatan senjata dengan Lebanon. Pada hari Kamis, Israel melancarkan serangan udara terhadap posisi militer Suriah di selatan Aleppo, yang menargetkan fasilitas pertahanan dan penelitian ilmiah di pinggiran kota al-Safira, tenggara kota tersebut.
Media Suriah melaporkan ledakan dan kobaran api yang signifikan, meskipun tidak ada korban langsung yang dikonfirmasi. Serangan lebih lanjut juga dilaporkan di dekat Quneitra, wilayah selatan Suriah yang sebelumnya disusupi oleh pasukan Israel.
Di Lebanon, Israel melakukan serangan udara tambahan di wilayah Nabatieh, yang mengklaim menargetkan peluncur roket jarak menengah yang dioperasikan oleh kelompok perlawanan Hizbullah. Media Lebanon mengonfirmasi sedikitnya tiga serangan udara Israel di daerah tersebut, dengan beberapa rumah dibakar di Aitaroun.
Israel juga mengebom sebuah bangunan yang diklaimnya sebagai depot senjata. Serangan-serangan ini menandai kelanjutan pelanggaran Israel terhadap perjanjian gencatan senjata dengan Lebanon, yang mulai berlaku pada 27 November.
Gencatan senjata, yang dimaksudkan berlangsung selama 60 hari, menyusul pertempuran sengit selama berbulan-bulan antara Israel dan Hizbullah, yang mengakibatkan lebih dari 4.000 kematian di Lebanon. Meskipun ada gencatan senjata, pasukan Israel terus melakukan operasi, yang merusak proses perdamaian.
Sebuah komite pemantauan internasional, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, mengawasi pelaksanaan gencatan senjata. Pasukan penjaga perdamaian PBB, yang telah memantau wilayah tersebut, menyatakan keprihatinan atas kerusakan yang terus terjadi akibat serangan Israel.
Sementara itu, Hizbullah telah berjanji untuk menanggapi dengan tegas tindakan Israel setelah gencatan senjata berakhir.