Investigasi Ungkap Israel Gunakan Bom Truk Berton-ton untuk Hancurkan Gaza sebelum Gencatan Senjata

Israel

Al-Quds, Purna Warta – Israel secara luas mengerahkan bom kendaraan lapis baja rakitan yang diisi hingga tiga ton bahan peledak di seluruh Jalur Gaza pada pekan-pekan menjelang gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat pada Oktober lalu, demikian hasil sebuah investigasi terbaru.

Berdasarkan citra satelit, rekaman drone, dan kesaksian para saksi mata, pasukan Israel memodifikasi kendaraan pengangkut personel lapis baja (APC) jenis M113 menjadi bom bergerak berskala besar saat mereka menginvasi wilayah tengah Kota Gaza pada September, menurut laporan investigasi Reuters.

Ledakan-ledakan tersebut, yang dikombinasikan dengan serangan udara serta penghancuran oleh buldoser lapis baja, meratakan seluruh blok perumahan sipil, khususnya di kawasan Tel al-Hawa dan Sabra.

Dengan muatan satu hingga tiga ton bahan peledak, daya ledaknya disebut mampu menyaingi kekuatan bom udara terbesar buatan Amerika Serikat yang digunakan Israel, menyebarkan puing hingga ratusan meter dan merobohkan bangunan bertingkat.

Analisis citra satelit menunjukkan sekitar 650 bangunan hancur di sejumlah bagian Kota Gaza dalam kurun enam pekan menjelang gencatan senjata.

Seorang warga Gaza, Hesham Mohammad Badawi, mengatakan kepada Reuters bahwa rumah keluarganya yang berlantai lima hancur akibat ledakan APC pada September tanpa peringatan sebelumnya, menyebabkan 42 anggota keluarganya kehilangan tempat tinggal.

“Kami tidak percaya ini adalah lingkungan kami, ini adalah jalan kami,” ujar Badawi.

Ia mengatakan keluarganya kini tinggal terpencar di rumah kerabat di berbagai bagian kota, sementara dirinya tinggal di sebuah tenda dekat bekas rumahnya.

Rekaman Reuters dan para pakar militer mengonfirmasi adanya puing-puing yang konsisten dengan APC yang diledakkan di sejumlah lokasi.

Tujuh warga Kota Gaza lainnya juga menyatakan bahwa rumah mereka atau rumah tetangga mereka diratakan atau rusak parah akibat ledakan tersebut, yang oleh beberapa di antaranya disamakan dengan gempa bumi.

Para spesialis militer mengatakan kepada Reuters bahwa penggunaan APC sebagai bom merupakan praktik yang sangat tidak lazim dan berisiko menimbulkan kehancuran tanpa pandang bulu.

Militer Israel menyatakan bahwa penghancuran tersebut “diperlukan secara militer,” dengan mengklaim bangunan-bangunan itu digunakan oleh pejuang perlawanan, tuduhan yang dibantah Hamas.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB serta dua pakar hukum internasional yang menelaah temuan tersebut memperingatkan bahwa penggunaan bahan peledak sebesar itu di kawasan permukiman perkotaan yang padat kemungkinan melanggar satu atau lebih prinsip hukum humaniter internasional yang melarang penyerangan terhadap infrastruktur sipil dan penggunaan kekuatan yang tidak proporsional.

“Alasan bahwa sebagian bangunan mungkin dipasangi jebakan atau pernah digunakan oleh penembak jitu Hamas tidak cukup untuk membenarkan penghancuran massal,” kata Ajith Sunghay, Kepala Kantor HAM PBB di Wilayah Palestina yang Diduduki, kepada Reuters.

Sunghay menambahkan bahwa penghancuran infrastruktur sipil tersebut dapat dikategorikan sebagai perusakan properti secara sewenang-wenang, yang merupakan kejahatan perang.

APC bermuatan bahan peledak tersebut merupakan kendaraan M113 yang dimodifikasi, banyak di antaranya telah disimpan selama beberapa dekade.

Investigasi tersebut menemukan bahwa penggunaan bahan peledak ini meningkat setelah Israel mengalami kekurangan bom berat buatan AS, sementara pembatalan tender penjualan M113 surplus memungkinkan militer mengalihfungsikan kendaraan tersebut menjadi senjata penghancur.

Danny Orbach, sejarawan militer Israel, mengatakan kepada Reuters bahwa militer rezim tersebut tidak siap menghadapi kompleksitas pertempuran di Gaza, sehingga muncul kesimpulan bahwa “tidak ada cara lain untuk bertempur dalam perang seperti ini kecuali menghancurkan semua bangunan di atas permukaan tanah.”

Pasukan Israel memasuki Kota Gaza pada akhir Agustus dan memerintahkan evakuasi total pada September, seiring pasukan bergerak maju dengan tank dan serangan udara, menghancurkan wilayah pinggiran timur sebelum merangsek ke distrik-distrik pusat tempat sebagian besar warga sipil yang mengungsi berlindung.

Ratusan ribu warga melarikan diri ke selatan, meskipun PBB menyatakan hingga 700.000 warga Palestina masih bertahan.

Israel saat itu mengatakan puluhan gedung bertingkat dihancurkan karena aktivitas Hamas, klaim yang menurut PBB tidak didukung bukti.

Investigasi tersebut mendokumentasikan kehancuran luas di wilayah Sabra, Tel al-Hawa, dan Rimal Selatan, termasuk blok perumahan, sebuah pusat hak asasi manusia, gedung universitas, dan sebuah masjid.

Pejabat Gaza mengatakan pasukan Israel meledakkan ratusan kendaraan lapis baja selama periode tersebut, terkadang puluhan dalam satu hari.

Pusat Satelit PBB memperkirakan bahwa 81 persen bangunan di Gaza telah rusak atau hancur selama perang genosida Israel yang berlangsung dua tahun di wilayah pesisir padat penduduk tersebut.

Wilayah yang mencakup Kota Gaza mengalami kerusakan paling parah sejak Juli, dengan sekitar 5.600 bangunan tambahan terdampak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *