Gaza, Purna Warta – Ibu dari Dr. Hussam Abu Safiya, direktur terkenal Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara, yang ditahan paksa oleh pasukan Israel pada akhir Desember, telah meninggal karena serangan jantung, menurut sumber-sumber Palestina.
Baca juga: Kepala Yayasan Hind Rajab Tegaskan Tekadnya Tidak Berubah Meski Diancam Bunuh Israel
Jaringan berita Quds mengumumkan kematian ibu Dr. Abu Safiya dalam sebuah posting di X pada hari Rabu, mengatakan bahwa ia meninggal karena serangan jantung karena putranya telah hilang selama 12 hari setelah pasukan rezim pendudukan menculiknya dari fasilitas medis tersebut.
Dalam sebuah posting di X, Martyrs of Gaza juga menulis bahwa ibu Dr. Abu Safiya, yang patah hati karena putranya dihilangkan secara paksa oleh Israel, telah meninggal karena serangan jantung.
Abu Safiya diculik pada 27 Desember 2024 ketika pasukan Israel menyerbu Rumah Sakit Kamal Adwan yang dibom. Semua staf medis, pasien, dan kerabat mereka dibawa keluar dengan todongan senjata dan dipindahkan ke lokasi yang tidak diketahui. Foto terakhir Abu Safiya menunjukkan dia berjalan sendirian menuju deretan tank Israel yang berkumpul di luar fasilitas tersebut.
Seruan untuk segera membebaskan Dr. Abu Safiya semakin meningkat setelah perlawanan heroiknya dalam menghadapi agresi rezim semakin meningkat. Dr. Abu Safiya, 51 tahun, termasuk di antara mereka yang dibawa untuk diinterogasi oleh militer Israel atas dugaan hubungan dengan gerakan perlawanan Palestina Hamas.
Israel melancarkan perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, setelah kelompok perlawanan yang dipimpin Hamas melakukan Operasi Banjir Al-Aqsa terhadap entitas pendudukan sebagai tanggapan atas kekerasannya yang meningkat terhadap warga Palestina.
Serangan berdarah rezim di Gaza sejauh ini telah menewaskan 45.885 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai 109.196 lainnya. Ribuan lainnya juga hilang dan diduga tewas di bawah reruntuhan.
Baca juga: Carrefour Tutup Usaha di Oman Akibat Tekanan Kampanye Boikot Produk Israel
Serangan Israel terhadap infrastruktur sipil, rumah sakit, dan perawatan kesehatan merupakan bagian dari upaya yang disengaja untuk secara kolektif menghukum dan mengurangi populasi di seluruh wilayah Palestina yang terkepung, kelompok dan organisasi hak asasi internasional telah memperingatkan.