Gaza, Purna Warta – Gerakan perlawanan Palestina, Hamas, mengumumkan kematian seorang tawanan Zionis akibat luka yang diterimanya selama serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza, yang sedang mengalami perang genosida Israel.
Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, membuat pengumuman pada hari Sabtu.
Baca Juga : IRGC: Operasi Janji Sejati adalah Respons Hukuman Iran yang Tepat Waktu terhadap Kesalahan Israel
Pihaknya mengidentifikasi tawanan tersebut sebagai Nadav Popplewell, dan mengatakan bahwa pria berusia 51 tahun itu terluka hampir sebulan yang lalu.
“Kondisi kesehatannya memburuk, dan dia meninggal karena dia tidak menerima perawatan medis intensif di pusat-pusat perawatan ketika Israel menghancurkan rumah sakit di Jalur Gaza dalam serangan udara yang membuat rumah sakit tersebut tidak dapat berfungsi lagi,” kata juru bicara brigade Hamas tersebut, Abu Obeida.
Sekitar 250 orang ditawan pada 7 Oktober tahun lalu saat Badai al-Aqsa, sebuah operasi pembalasan yang dilakukan oleh kelompok perlawanan Gaza.
34.971 warga Palestina telah tewas dalam genosida Israel yang dimulai setelah operasi tersebut. Sekitar 78.641 orang lainnya juga terluka dalam serangan brutal militer tersebut, sementara sedikitnya 7.000 orang masih belum ditemukan.
Hamas membebaskan 105 tawanan selama gencatan senjata selama seminggu pada akhir November.
Kelompok tersebut baru-baru ini menyetujui proposal gencatan senjata lainnya yang memungkinkan penghentian agresi Israel dan pembebasan tawanan lainnya. Namun rezim Israel menolak usulan tersebut.
Baca Juga : Iran Kecam Tindakan Utusan Israel yang Tidak Tahu Malu dan Merusak Piagam PBB
Setelah kematian Popplewell, keluarga para tawanan mengadakan konferensi pers darurat, menyerukan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas tanpa penundaan.
“Kami tidak punya waktu luang! Anda harus berusaha menerapkan kesepakatan yang akan membawa mereka semua kembali hari ini,” kata keluarga tersebut.
Sementara itu, ratusan pengunjuk rasa berkumpul di Tel Aviv dan di kota suci al-Quds yang diduduki, mencoba menekan rezim untuk mencapai kesepakatan.