Gaza, Purna Warta – Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengumumkan bahwa tujuh tawanan Israel pertama telah diserahkan di Jalur Gaza.
Proses penyerahan tawanan Israel dimulai pada Senin di Gaza sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata yang dicapai antara gerakan perlawanan Palestina Hamas dan rezim Israel.
Hamas merilis daftar tawanan Israel yang masih hidup yang dibebaskan, mereka telah ditahan di Gaza sejak dimulainya perang genosida Israel pada 7 Oktober 2023.
Sebagai imbalan atas pembebasan para tawanan tersebut, Israel akan membebaskan 250 tahanan Palestina serta lebih dari 1.700 orang yang ditahan.
Bus-bus yang membawa para tahanan Palestina telah mulai bergerak menuju perlintasan Karem Abu Salem, bersiap untuk pembebasan mereka dalam beberapa jam mendatang.
Hamas dikabarkan akan membebaskan kelompok kedua tawanan Israel pada pukul 10.00 pagi, sementara pembebasan tahanan Palestina oleh pasukan pendudukan Israel dijadwalkan berlangsung pada waktu yang sama.
Pertukaran ini merupakan bagian dari tahap pertama perjanjian gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Turki, dengan pengawasan dari Amerika Serikat.
Kesepakatan tersebut difinalisasi dalam perundingan tidak langsung yang digelar di Sharm El-Sheikh.
Tekanan Militer Israel Gagal Bebaskan Tawanan: Brigade al-Qassam
Dalam pernyataan resmi pada Senin, Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, menyatakan bahwa Israel sebenarnya dapat membebaskan sebagian besar tawanan mereka dalam keadaan hidup beberapa bulan lalu, tetapi memilih untuk bertindak arogan, yang akhirnya membuat tentaranya menewaskan puluhan tawanan sendiri akibat “kebijakan tekanan militer yang gagal.”
Pernyataan itu menambahkan bahwa pendudukan yang bersifat “seperti Nazi” tersebut gagal memulihkan tawanan-tawanan mereka melalui tekanan militer, meskipun selama ini mengklaim memiliki keunggulan intelijen dan kekuatan militer.
Kini, menurut Brigade al-Qassam, rezim tersebut baru bisa mendapatkan kembali tawanan-tawanannya melalui kesepakatan pertukaran tahanan, sesuai dengan apa yang diinginkan pihak perlawanan sejak awal.
Sayap militer Hamas itu menegaskan bahwa perjanjian gencatan senjata di Gaza merupakan hasil dari keteguhan rakyat Palestina dan ketangguhan para pejuangnya menghadapi agresi Israel.
Perlawanan juga menyatakan bahwa mereka akan tetap berkomitmen terhadap perjanjian gencatan senjata serta jadwal pelaksanaannya selama Israel juga mematuhi kewajibannya.