Gaza, Purna Warta – Hamas telah menolak tuduhan Presiden AS Donald Trump bahwa kelompok perlawanan Palestina itu membuat bantuan tidak mungkin mencapai warga Palestina di Gaza, dengan mengatakan bahwa pernyataan itu dimaksudkan untuk membenarkan kebijakan Israel yang membuat warganya kelaparan di wilayah yang terkepung itu.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Selasa, Hamas mengatakan bahwa pernyataan Trump itu “tidak lebih dari sekadar pengulangan kebohongan yang disebarkan oleh rezim teroris Netanyahu, yang berusaha membenarkan kelaparan sistematis yang ditimbulkannya terhadap warga sipil yang tidak bersalah.”
Presiden Trump mengatakan pada hari Senin bahwa AS akan membantu menyediakan sejumlah makanan bagi warga Gaza, tempat kelaparan saat ini sedang terjadi. Ia menuduh Hamas mengambil semua bantuan yang dibawa ke wilayah yang dikepung.
“Kami akan membantu warga Gaza mendapatkan makanan. Orang-orang kelaparan, dan kami akan membantu mereka mendapatkan makanan,” kata Trump.
Hamas mengatakan pernyataan presiden AS tersebut bertentangan dengan kesaksian dari organisasi kemanusiaan yang beroperasi di Gaza.
“Tuduhan ini secara terang-terangan bertentangan dengan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa, kesaksian dari organisasi kemanusiaan yang beroperasi di Jalur Gaza, dan semua bukti di lapangan, sementara selaras dengan kebijakan pendudukan untuk menggunakan kelaparan sebagai senjata, yang jelas-jelas melanggar hukum internasional dan norma-norma kemanusiaan.”
Gerakan Palestina juga mendesak pemerintahan Trump “untuk mengoreksi posisinya, berhenti memberikan kedok bagi kebijakan genosida dan kelaparan yang dilakukan oleh pendudukan di Jalur Gaza.”
Hamas mengatakan bahwa tidak cukup bagi Trump untuk meminta Netanyahu “mengirim sejumlah makanan.” Hamas juga meminta AS untuk menekan Israel agar “menghentikan agresinya dan membuka penyeberangan untuk memungkinkan masuknya semua pasokan penting yang menyelamatkan nyawa.”
“Yang dibutuhkan adalah sikap bertanggung jawab yang menghormati hukum humaniter internasional, menuntut pembukaan penyeberangan segera, memastikan aliran bantuan dan pertolongan yang tidak terputus, dan mengakhiri penggunaan makanan sebagai alat pemerasan dan tekanan dalam perang ini.”
Secara terpisah, Hamas mengatakan rencana Israel untuk memperluas operasi di Gaza berarti mengorbankan tawanan Israel dan mengulangi kegagalan masa lalu. Hamas mengatakan rencana tersebut menunjukkan bahwa perdana menteri Israel bertekad untuk melakukan kejahatan perang lebih lanjut terhadap warga sipil di Gaza. Kelompok Palestina mendesak masyarakat internasional untuk mengintensifkan tekanan rakyat untuk mengakhiri perang melawan Gaza. Pada bulan Maret, setelah dua bulan gencatan senjata, Israel kembali melancarkan serangan militer brutalnya di Gaza.
Lebih jauh lagi, rezim tersebut memberlakukan blokade terhadap semua pasokan bantuan, bahkan menolak satu truk pun yang membawa barang-barang kemanusiaan atau komersial untuk masuk.