Gaza, Purna Warta – Gerakan perlawanan Palestina Hamas memperingati hari kesyahidan pemimpin legendarisnya, Yahya Sinwar, arsitek operasi Banjir al-Aqsa (Al-Aqsa Flood), dengan menegaskan komitmennya untuk melanjutkan jalan perlawanan terhadap Israel hingga pembebasan penuh Palestina.
Baca juga: Pengadilan Militer Israel Kembali Perpanjang Penahanan Dr. Abu Safiya Selama 6 Bulan Tanpa Dakwaan
Dalam sebuah pernyataan resmi pada Kamis (hari peringatan tahun pertama wafatnya Sinwar), Hamas menegaskan bahwa “nyala pertempuran Banjir al-Aqsa tidak akan pernah padam,” dan memuji operasi bersejarah pada 7 Oktober 2023 itu sebagai titik balik dalam perjuangan melawan pendudukan Israel.
“Darah para pemimpin yang gugur akan terus menjadi bahan bakar bagi jalan perlawanan bagi generasi yang akan datang,”
tegas Hamas dalam pernyataannya.
Hamas memuji kepemimpinan dan keteguhan kepala biro politiknya tersebut dalam menghadapi pasukan Israel, menyebut kesyahidannya—bersama para pemimpin yang telah gugur lainnya—sebagai sumber kekuatan dan inspirasi abadi bagi perjuangan rakyat Palestina.
“Setahun telah berlalu sejak epos heroik yang disaksikan dunia, dipimpin oleh komandan pertempuran Banjir al-Aqsa, syahid Yahya al-Sinwar, yang menutup hidup dan perjuangannya dengan keteguhan dan pengorbanan tanpa batas — maju tanpa mundur, berdiri tegak di jantung pertempuran, menghadapi kebrutalan pendudukan hanya dengan tongkat di tangannya,”
bunyi pernyataan tersebut.
Hamas juga menegaskan kebanggaannya mengenang pengabdian seumur hidup Sinwar dalam jalan perlawanan, termasuk ketabahannya selama 23 tahun dalam penjara Israel, serta perjuangannya setelah dibebaskan dalam membangun kembali dan merencanakan strategi yang akhirnya mencapai puncaknya dalam operasi 7 Oktober 2023.
“Kami dengan bangga mengenang warisan mulia dan perjalanan penuh berkah Yahya al-Sinwar, yang mendedikasikan hidupnya untuk perlawanan sejak usia muda. Ia tetap tegar dan tak tergoyahkan selama 23 tahun dalam penjara, menantang para penjaganya. Setelah dibebaskan, ia melanjutkan jalan persiapan, pembangunan kembali, dan perencanaan strategis — yang berpuncak pada fajar 7 Oktober 2023, momen yang mengguncang pendudukan, menggoyahkan fondasinya, dan menghancurkan mitos kekuatan militernya. Ia akhirnya gugur sebagai syahid di medan tempur, sepenuhnya terlibat dalam perlawanan,”
kata Hamas.
Baca juga: Jenazah Sandera Israel Menjadi Hambatan bagi Gencatan Senjata di Gaza
Gerakan itu menegaskan bahwa kesyahidan Sinwar dan para pemimpin lainnya akan memperkuat tekad dan semangat para pejuang perlawanan, memperdalam komitmen mereka terhadap cita-cita pembebasan Palestina.
“Kesyahidan pemimpin Yahya al-Sinwar, dan semua tokoh serta pemimpin yang telah mendahuluinya dalam jalan perjuangan pembebasan dan kembali, hanya akan memperkuat gerakan, rakyat, dan perlawanan kami. Ia akan memperdalam keteguhan kami, menegaskan komitmen kami terhadap jalan yang sama, serta memperbarui kesetiaan kami kepada darah dan pengorbanan mereka yang telah gugur sebelumnya,”
lanjut pernyataan tersebut.
Hamas menegaskan bahwa semangat “Banjir al-Aqsa” akan terus menyala, tidak akan padam oleh pengorbanan ataupun kekuatan musuh. Gerakan itu berjanji untuk menepati janji para syuhada, menjaga panji perjuangan tetap berkibar, dan melanjutkan perjuangan hingga pembebasan penuh Palestina dan berdirinya negara berdaulat dengan Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibu kotanya.
“Percikan Banjir al-Aqsa akan tetap menyala, berdenyut dengan semangat keteguhan atas hak-hak dan persatuan nasional. Api itu tidak akan padam di hati rakyat kami, betapapun besar pengorbanan dan kekuatan kejahatan musuh. Kami berpegang teguh pada janji para pemimpin yang gugur, dan panji ini tidak akan jatuh. Ia akan tetap berkibar tinggi, diwarisi oleh seluruh rakyat kami yang akan terus membela dan menjaganya — hingga pembebasan menyeluruh dan berdirinya negara Palestina yang berdaulat sepenuhnya dengan Al-Quds sebagai ibu kotanya,”
tegas pernyataan Hamas.