Gaza, Purna Warta – Hamas mengatakan pembantaian ribuan warga sipil di kamp-kamp pengungsi Sabra dan Shatila pada tahun 1982 tidak akan pernah dilupakan atau dimaafkan dengan berlalunya waktu.
Menandai peringatan 39 tahun pembantaian, gerakan perlawanan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina akan terus menghantui para pelaku Zionis dan semua orang yang berkolusi dengan mereka.
“Pembantaian tidak akan merusak ketabahan rakyat Palestina,” kata Hamas, seraya menambahkan bahwa rakyat Palestina tidak akan pernah melupakan para martir mereka dan akan mengerahkan segala upaya untuk menuntut mereka yang melakukan pembantaian.
“Sudah waktunya untuk mengakhiri budaya impunitas Israel yang memungkinkan pembantaian Sabra dan Shatila terjadi empat dekade lalu.” kata pernyataan itu.
“Entitas Zionis adalah entitas kriminal yang tidak tertarik pada perdamaian, apapun yang disebut negosiasi dengan mereka tidak akan menghasilkan hasil yang nyata.” Tambah pernyataan tersebut.
Pada 16 September 1982 setelah invasi Israel ke Lebanon, milisi Falangis menyerbu kamp-kamp pengungsi di Beirut barat dan memulai pembantaian sebagian besar warga sipil Palestina.
Sekitar 3500 orang yang banyak diantaranya wanita dan anak-anak, dibunuh secara brutal dalam tiga hari oleh milisi Falangis Kristenyang bekerjasama dengan pasukan Israel.
Israel menembakkan suar sepanjang malam untuk menerangi ladang pembantaian sehingga memungkinkan milisi untuk melihat jalan mereka melalui gang-gang sempit kamp.
Setelah kaum Falangis menyelesaikan pesta pembunuhan mereka, mayat anak-anak berserakan di jalan-jalan seperti boneka yang dibuang dengan lubang peluru di belakang kepala mereka.
Saat pertumpahan darah berakhir, Israel memasok buldoser untuk menggali kuburan massal. Pada tahun 1983, Komisi Kahan investigasi Israel menemukan bahwa Ariel Sharon, menteri urusan perang Israel saat itu memikul tanggung jawab pribadi atas pembantaian tersebut.