Gaza, Purna Warta – Seorang anggota senior gerakan perlawanan Hamas Palestina menganggap rezim Tel Aviv bertanggung jawab penuh atas kegagalan perpanjangan gencatan senjata yang telah berlangsung selama seminggu, yang gagal pada hari Jumat.
“Klaim bahwa Hamas melanggar ketentuan perjanjian gencatan senjata dimaksudkan untuk membenarkan dimulainya kembali perang genosida terhadap warga sipil di Jalur Gaza,” kata Ezzat al-Resheq, anggota biro politik Hamas, pada hari Sabtu (2/12).
Baca Juga : Presiden Kolombia Sebut Serangan Udara Israel di Gaza sebagai Praktik Nazi
Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata sementara pada 24 November yang diperbarui dua kali sebelum berakhir pada hari Jumat. Berdasarkan gencatan senjata, pertempuran dihentikan dan bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Gaza ketika Hamas melepaskan tawanan sebagai ganti Israel membebaskan tahanan Palestina.
Satu jam sebelum gencatan senjata seharusnya berakhir, pada pukul 7 pagi (05:00 GMT), militer Israel mengklaim bahwa sistem pertahanan rudalnya telah mendeteksi roket yang masuk. Setelah itu, mereka “mencegat peluncuran dari Gaza.”
Beberapa menit setelah gencatan senjata berakhir, serangan udara dan pertempuran artileri Israel kembali terjadi di Gaza.
“Rezim pendudukan mengulangi tuduhan palsunya dengan harapan mereka bisa mencari-cari alasan untuk melakukan agresi baru terhadap warga Gaza,” tambah Resheq.
Ia mengatakan bahwa Israel menyebarkan narasi palsu dan tidak berdasar serta menampik klaim mengenai rudal yang diluncurkan dari Gaza menuju wilayah pendudukan Israel.
Baca Juga : Irak dan Iran Punya Pandangan Serupa terhadap Palestina dan Perang Gaza
Upaya-upaya tersebut “bertujuan untuk mengaburkan rencana rezim yang telah direncanakan untuk melanjutkan pemboman dan serangan biadab, dan melakukan pembantaian yang lebih mengerikan.
“Kami menunjukkan kesediaan kami yang tulus untuk memperpanjang gencatan senjata sementara selama pembicaraan dengan para mediator. Kami menegaskan kembali bahwa rezim Israel bertanggung jawab penuh atas kegagalan memperpanjang jeda kemanusiaan karena rezim Israel tidak menanggapi secara positif tawaran yang diterima melalui mediator,” kata Resheq.
Israel melancarkan perang di Gaza pada tanggal 7 Oktober setelah gerakan perlawanan Palestina di wilayah tersebut melancarkan Operasi Badai al-Aqsa yang mengejutkan terhadap entitas pendudukan sebagai tanggapan terhadap kampanye pertumpahan darah dan kehancuran yang dilakukan rezim Israel selama puluhan tahun terhadap warga Palestina.
Baca Juga : Perang di Gaza; Perang Israel Melawan Rumah Sakit
Agresi Israel sejauh ini telah menewaskan lebih dari 15.000 warga Palestina, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.