Gaza, Purna Warta – Hamas menyatakan bahwa serangan udara mematikan terhadap kamp pengungsi Palestina terbesar di Lebanon telah menewaskan 14 orang tak bersenjata, dan membantah klaim Israel bahwa serangan tersebut menargetkan salah satu fasilitas pelatihan kelompok perlawanan tersebut.
Baca juga: Pelapor Khusus PBB: Uni Eropa Terlibat dalam Genosida Israel di Gaza
Serangan Israel terhadap kamp Ain al-Hilweh dekat Sidon di Lebanon selatan pada Selasa malam menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai sejumlah lainnya, termasuk pelajar muda, menurut kementerian kesehatan Lebanon.
Laporan setempat menggambarkan suasana mengenaskan, dengan bagian-bagian tubuh berserakan di dekat Masjid Khalid Ibn al-Walid, sementara para korban luka dilarikan ke rumah sakit di Sidon.
Militer Israel mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan “kompleks pelatihan Hamas” yang digunakan untuk merencanakan dan melancarkan serangan terhadap rezim tersebut. Militer rezim itu selalu mengeluarkan klaim-klaim tak berdasar semacam ini.
Hamas menolak tuduhan tersebut sebagai “kebohongan terang-terangan untuk membenarkan pembantaian,” seraya menegaskan bahwa mereka “tidak memiliki instalasi militer di kamp-kamp Palestina di Lebanon,” dan bahwa lokasi yang diserang hanyalah “lapangan olahraga terbuka.”
“Serangan teroris Israel ini adalah episode baru dalam rangkaian kejahatan berkelanjutan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, serta terhadap wilayah dan kedaulatan Lebanon,” kata Hamas, yang menanggungjawabkan Israel “sepenuhnya atas kejahatan keji yang menargetkan warga sipil tak bersenjata ini.”
Serangan Israel lainnya di Lebanon selatan menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai 11 lainnya di desa Tiri, distrik Bint Jbeil, Rabu pagi.
Israel berulang kali melanggar perjanjian gencatan senjata yang ditandatanganinya dengan kelompok perlawanan Lebanon, Hezbollah, pada November 2024.
Baca juga: Knesset Israel Bahas Hukuman Mati bagi Tahanan Palestina ‘dalam 90 Hari, Tanpa Banding’
Pekan lalu, Ketua Parlemen Nabih Berri mengecam “pelanggaran sistematis” Israel terhadap perjanjian tersebut, menyatakan bahwa Lebanon telah memenuhi komitmennya sementara Tel Aviv “terus melakukan serangan militer tanpa kendali.”
Berri mendesak faksi-faksi politik untuk bersatu menghadapi “bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya,” dan mengkritik kurangnya konsensus nasional dalam merespons serangan Israel.
Ia juga menyatakan bahwa Hezbollah memiliki “hak yang sah” untuk menata ulang struktur internalnya sebagai respons terhadap serangan Israel baru-baru ini di negara itu.
Sekretaris Jenderal Hezbollah, Sheikh Naim Qassem, turut menyerukan pemerintah Lebanon untuk menggerakkan seluruh institusi negara dan menyusun rencana komprehensif untuk menghadapi pelanggaran Israel yang terus berlangsung terhadap wilayah Lebanon.
Ia menegaskan bahwa perlawanan tetap berkomitmen pada misinya mengusir pasukan pendudukan dari negara tersebut.
Menurut otoritas Lebanon, serangan Israel sejak Oktober 2023 telah menewaskan sekitar 4.000 orang dan mengungsikan lebih dari 1,2 juta penduduk di seluruh negeri.


