Gaza, Purna Warta – Juru bicara Brigade al-Qassam (sayap militer Hamas), Abu Ubaidah, mengatakan pada Senin bahwa proses pembebasan akan dilakukan hari itu juga. Tentara berusia 21 tahun tersebut telah ditahan sejak 7 Oktober 2023, ketika para pejuang perlawanan di Jalur Gaza melancarkan operasi heroik terhadap wilayah Palestina yang diduduki.
Pukulan Telak bagi Netanyahu karena Israel Dikesampingkan
Politisi oposisi Israel mengecam Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena gagal mengamankan pembebasan para tawanan yang masih ditahan di Gaza, sementara AS melakukan pembicaraan langsung dengan Hamas untuk membebaskan Alexander.
Yair Lapid, pemimpin partai Yesh Atid, menulis di X: “Laporan tentang kontak langsung antara Hamas dan AS adalah kegagalan diplomatik yang memalukan oleh pemerintah Israel dan pemimpinnya.”
Benny Gantz dari Partai Ketahanan Israel juga mengecam “kurangnya inisiatif dan tanggung jawab” dari rezim Israel.
Yair Golan, pemimpin Partai Demokrat Israel, mengatakan bahwa “fakta bahwa Edan Alexander dibebaskan hanya karena ia memiliki kewarganegaraan AS adalah sebuah penghinaan dan aib.”
Sebanyak 251 warga Israel ditawan dalam operasi yang diluncurkan Hamas sebagai respons terhadap pendudukan dan agresi berdarah Israel selama puluhan tahun.
Pembebasan Alexander dilaporkan menjadi bagian dari kesepakatan yang lebih luas antara Hamas dan AS. Negosiasi tersebut dilakukan langsung antara Hamas dan pejabat AS, sepenuhnya tanpa melibatkan Israel.
Trump: Langkah Niat Baik untuk AS
Presiden AS Donald Trump menyampaikan rasa terima kasihnya atas prospek pembebasan tersebut, dengan mengatakan, “Saya berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam mewujudkan berita monumental ini.” Ia juga menyebutnya sebagai “langkah niat baik terhadap Amerika Serikat.”
Trump menganggap perkembangan ini sebagai hasil positif dari upaya para mediator seperti Qatar dan Mesir, serta sebagai langkah menuju penghentian “perang yang sangat brutal ini.”
Namun Israel menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak berkomitmen pada gencatan senjata terkait pembebasan Alexander oleh Hamas, meski akan membuka “koridor aman” untuk memfasilitasi pembebasan tersebut.
Rezim tersebut juga tidak menyetujui gencatan senjata atau kesepakatan apa pun terkait pertukaran tawanan lainnya dengan tahanan Palestina, setelah sebelumnya mereka membatalkan secara sepihak kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas yang dicapai pada Januari, dan justru melanjutkan pembantaian di Gaza dengan intensitas yang lebih tinggi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa rezimnya telah mengizinkan pembukaan koridor aman untuk pembebasan Alexander, tetapi menegaskan bahwa serangan militer ke Gaza akan tetap dilanjutkan.
Pejabat AS, termasuk utusan regional Steve Witkoff, dilaporkan tengah bersiap untuk mengawasi proses pembebasan Alexander.
Sikap ini telah memicu kritik tajam dari para politisi oposisi Israel dan keluarga tawanan lainnya, yang merasa bahwa anggota keluarga mereka yang masih ditahan di Gaza telah diabaikan demi kepentingan seorang warga negara AS.