Al- Quds, Purna Warta – Dalam laporan Euro-Med yang dirilis pada Kamis, lembaga hak asasi manusia internasional tersebut menegaskan bahwa jenazah-jenazah itu menjadi bukti kuat bahwa banyak tawanan Palestina mengalami penyiksaan dan kekerasan brutal yang dilakukan secara sengaja, yang menyebabkan penderitaan luar biasa.
Euro-Med menambahkan bahwa beberapa jenazah tawanan Palestina yang diserahkan oleh Israel menunjukkan tanda-tanda penyiksaan setelah penahanan, suatu pelanggaran berat terhadap hukum internasional.
“Kondisi jenazah yang dikembalikan dengan jelas menunjukkan bahwa Israel memperlakukan para tahanan dan tawanan Palestina di luar kerangka hukum maupun kemanusiaan,”
tulis laporan tersebut.
Dr. Munir Al-Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, mengatakan:
“Jenazah-jenazah yang kami terima diikat seperti binatang, mata mereka ditutup, dan penuh dengan tanda-tanda penyiksaan serta luka bakar yang menunjukkan tingkat kejahatan yang dilakukan secara tersembunyi. Mereka tidak mati secara alami; mereka dieksekusi setelah dibelenggu. Orang-orang ini tidak dikuburkan di bawah tanah; mereka disimpan berbulan-bulan di lemari pendingin milik pendudukan.”
Seorang dokter forensik mengonfirmasi bahwa sebanyak 120 jenazah telah diterima, dan hanya enam di antaranya berhasil diidentifikasi.
Ia menggambarkan kondisi sebagian besar jenazah sebagai “bencana kemanusiaan”, dan memberikan banyak contoh bukti penyiksaan serta eksekusi terhadap para tahanan.
“Saya belum pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya, bahkan setelah bertahun-tahun bekerja di bidang ini,”
ujar dokter tersebut.
Baca juga: Pengadilan Militer Israel Kembali Perpanjang Penahanan Dr. Abu Safiya Selama 6 Bulan Tanpa Dakwaan
Euro-Med menegaskan bahwa rezim Israel bertindak seolah-olah kekuasaan tanpa kendali hukum internasional.
Organisasi itu menyatakan bahwa pasukan Israel melakukan pembunuhan dan penyiksaan tanpa akuntabilitas, mencerminkan mentalitas balas dendam dan pemusnahan, bukan kepatuhan terhadap hukum dan ketertiban.
Lembaga tersebut menyerukan penyelidikan internasional yang mendesak dan independen untuk mengungkap keadaan di balik kejahatan-kejahatan ini dan membawa para pelaku ke pengadilan.
Euro-Med juga menuntut akses segera dan tanpa syarat bagi tim forensik serta penyidik kriminal internasional, dengan peralatan yang memadai, guna membantu menemukan dan mengidentifikasi jenazah korban dari bawah reruntuhan serta menemukan mereka yang masih hilang.
Seruan Euro-Med ini muncul di tengah meningkatnya tuntutan internasional untuk transparansi dan keadilan pasca gencatan senjata, dengan kelompok-kelompok HAM memperingatkan bahwa tanpa akses independen, Israel berpotensi kembali memanipulasi narasi dan menghindari pertanggungjawaban.
Kelompok-kelompok kemanusiaan juga menegaskan bahwa pendokumentasian kejahatan perang dan skala penuh kehancuran di Gaza sangat penting, tidak hanya untuk keadilan, tetapi juga agar rekonstruksi dan proses perdamaian yang kredibel dapat terwujud.
Situasi ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran negara-negara Arab yang menjadi penengah dalam gencatan senjata 13 Oktober di Mesir, mengingat rekam jejak panjang Israel dalam melanggar perjanjian dan ketidakandalannya sebagai mitra perdamaian yang menimbulkan keraguan terhadap keberlanjutan kesepakatan tersebut.
Menurut laporan Bloomberg, para pejabat di kawasan juga menyatakan kekhawatiran besar terhadap keandalan rezim Israel dan ketiadaan mekanisme konkret untuk menegakkan isi kesepakatan.