Gaza, Purna Warta – Militer Israel mengatakan dua tentaranya tewas dan dua lainnya terluka oleh terowongan yang penuh jebakan di kota Rafah di selatan Jalur Gaza.
Tentara pendudukan mengatakan pada hari Minggu bahwa Kapten Noam Ravid, 23 tahun, dan Sersan Yaly Seror, 20 tahun, dari unit teknik tempur Yahalom, sedang memindai pintu masuk terowongan di dalam sebuah gedung ketika mereka terkena ledakan pada hari Sabtu.
Dua tentara Israel lainnya dari unit yang sama terluka dalam ledakan itu, salah satunya luka parah, tambahnya.
Israel melancarkan perang genosida di Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023, setelah kelompok perlawanan Hamas melakukan operasi bersejarah terhadap entitas perampas kekuasaan sebagai balasan atas kekejamannya yang meningkat terhadap rakyat Palestina.
Rezim Tel Aviv gagal mencapai tujuan yang dideklarasikan di Gaza meskipun telah menewaskan sedikitnya 52.495 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai 118.366 lainnya.
Hamas menerima persyaratan negosiasi yang telah lama berlaku di bawah gencatan senjata Gaza, yang dimulai pada 19 Januari.
Namun, dua bulan kemudian, Israel secara sepihak melanggar gencatan senjata dan melanjutkan pemboman tanpa henti di Gaza.
Lebih dari 850 tentara Israel telah tewas selama serangan di Gaza, termasuk 414 dalam serangan darat terhadap wilayah Palestina yang terkepung.
Dalam perkembangan lain pada hari Sabtu, militer Israel mengatakan bahwa mereka mengirimkan puluhan ribu perintah panggilan kepada para prajurit cadangan sebagai persiapan untuk perluasan agresi terhadap Gaza.
Pemanggilan tersebut menyusul laporan bahwa tentara rezim tersebut menyampaikan kepada perdana menteri Benjamin Netanyahu serangan bertahap yang direncanakan, yang akan membutuhkan mobilisasi yang substansial.
Laporan tersebut memicu kekhawatiran di antara keluarga tawanan Israel yang masih ditahan di Jalur Gaza.
Dalam siaran pers, forum keluarga tawanan memperingatkan bahwa setiap eskalasi dalam perang akan menempatkan tawanan dalam bahaya langsung.
“Ini akan mempertaruhkan nyawa prajurit kita dan menuntut harga yang menyakitkan dari puluhan ribu prajurit cadangan dan keluarga mereka,” katanya.
Einav Zangauker, yang putranya Matan ditahan di Gaza, mengatakan Netanyahu “mengirim prajurit ke dalam perang yang tidak perlu, perang yang tidak ingin diakhirinya.”