Cendekiawan Palestina: Pembobolan Penjara Gilboa Menunjukkan Semangat Palestina yang Mendambakan Kebebasan

Cendekiawan, aktivis, dan politikus Palestina, Hanan Ashrawi.

Purna Warta – Pelarian dramatis enam tahanan Palestina dari penjara Israel yang terkenal membuktikan bahwa pusat-pusat penahanan rezim Israel bahkan yang dikenal dengan keamanannya yang tinggi tidak kebal terhadap semangat dan kerinduan rakyat Palestina untuk bebas,” kata Hanan Ashrawi, Politisi, aktivis, dan cendekiawan Palestina dalam sebuah wawancara eksklusif dengan sebuah saluran televisi pada hari Minggu (19/9).

Ashrawi yang menjabat sebagai juru bicara delegasi Palestina untuk pembicaraan Israel-Palestina pada awal 1990-an mengatakan, “Tahanan yang membebaskan diri telah menangkap imajinasi orang-orang Palestina dan meningkatkan moral mereka dalam melanjutkan perjuangan untuk pembebasan wilayah yang diduduki.”

Dia mengatakan bahwa semua warga Palestina bersatu dalam membela dan mendukung para tahanan dan menyatakan rasa solidaritas dan kerinduan untuk bebas dari pendudukan Israel.

“Ada berbagai jenis penjara namun seluruh Palestina dipenjara oleh Israel,” katanya, sambil memuji pelarian heroik dari enam narapidana Penjara Gilboa.

Pada dini hari tanggal 6 September, Zakaria Zubeidi, mantan komandan Brigade Syuhada al-Aqsa dan lima anggota gerakan perlawanan Jihad Islam, melakukan aksi pembobolan yang berani dari penjara yang mempunyai keamanan tinggi setelah menggali terowongan melalui sistem drainase sel mereka.

Insiden itu datang sebagai sebuah aib besar bagi rezim Israel dan membawa keceriaan bagi warga Palestina yang memuji mereka sebagai pahlawan dalam perjuangan untuk negara Palestina.

Setelah perburuan besar-besaran untuk menangkap tahanan yang melarikan diri, dua orang terakhir yang masih buron ditangkap oleh polisi rezim Israel pada hari Minggu (19/9), sepuluh hari setelah pelarian.

‘Alasan’ Israel untuk menutupi rasa malu

Mengomentari alasan Israel untuk menutupi rasa malu, Ashrawi mengatakan bahwa hal tersebut adalah “ciri khas” rezim Israel untuk mencoba mengurangi pencapaian Palestina melawan pendudukan ilegal atas tanah dan sumber daya mereka.

Dia mengatakan bahwa rezim mengabaikan fakta adanya dedikasi dan komitmen total para tahanan mencapai kebebasan untuk melihat keluarga mereka. Ia mengutip seorang tahanan yang mengatakan bahwa mencium udara segar Palestina selama lima hari sama dengan seumur hidup di penjara.

“Ini adalah jenis semangat tak terkalahkan dari rakyat Palestina dan jawaban atas narasi Israel dan representasi yang keliru dari Palestina,” kata Ashrawi. Ia menambahkan, “Rezim Israel secara historis menyebut semua orang Palestina sebagai “teroris”, tetapi kebenaran akan keluar sekarang.”

“Perlawanan Palestina sedang berlangsung dan tidak pernah berhenti. Pertanyaannya adalah seperti apa bentuknya, dan ekspresi apa yang diadopsinya. Pada dasarnya telah tertanam penolakan untuk menyerah dalam hati rakyat Palestina.” tegasnya.

Kesepakatan pertukaran tahanan

Mendukung permintaan yang dibuat oleh kelompok perlawanan Hamas, Ashrawi mengatakan bahwa enam tahanan yang melarikan diri dan tahanan lainnya seperti Marwan Barghouti dan Ahmad Saadat harus menjadi bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan di masa depan antara kedua belah pihak.

“Keenam tahanan tersebut itu layak dibebaskan, sebenarnya semua orang Palestina yang ditahan di penjara Israel secara tidak sah dan tidak adil layak untuk dibebaskan,” katanya.

Pemimpin Hamas Khalil al-Hayya mengumumkan pada hari Jumat (17/9) bahwa enam warga Palestina yang melarikan diri dari Penjara Gilboa akan menjadi prioritas dalam setiap pertukaran tahanan potensial dengan Israel.

Berbicara kepada orang-orang di Gaza, al-Hayya mengatakan bahwa gerakan mereka bekerja keras untuk membebaskan semua tahanan Palestina yang menurutnya adalah hutang yang harus mereka bayar untuk waktu yang lama.

“Operasi Terowongan Kebebasan adalah tamparan bagi semua orang yang bertaruh pada perdamaian dan rekonsiliasi dengan pendudukan Israel. Operasi ini memberi tahu pendudukan bahwa kami bukan angka, tetapi singa yang bersiap untuk hari kebebasan.” katanya.

Upaya Israel untuk memfitnah kelompok perlawanan

Ashrawi sebagai mantan anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), menolak laporan yang diterbitkan di surat kabar Libanon al-Akhbar bahwa Otoritas Palestina telah setuju untuk membantu Israel menangkap tahanan yang melarikan diri sebagai pengganti perbaikan kondisi penjara.

“Tidak ada orang Palestina yang bisa melakukan itu, semua orang menyatakan solidaritas dengan mereka, dan mereka yang masih berada di penjara Israel dan mereka mempertahankan komitmen itu,” kata Ashrawi, menunjuk pada upaya rezim Israel yang menabur benih perselisihan di antara berbagai kelompok politik di Palestina.

“Israel telah berusaha untuk mendistorsi dan memfitnah perjuangan Palestina,” katanya, menambahkan bahwa rezim telah menangkap lebih dari satu juta orang dan membunuh lebih dari 75.000 orang sejak 1967.

Dia mengatakan bahwa rezim Israel telah menggunakan semua cara yang memungkinkan termasuk pelanggaran hukum dan kekerasan terhadap tawanan Palestina.

Perlakuan kejam terhadap tahanan

Ashrawi juga mencela cara para tahanan diperlakukan setelah ditangkap. Dia menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan sifat asli pendudukan Israel dan kolonialisme pemukim berdasarkan rasisme, Islamafobia, dan penolakan kemanusiaan.

Tentang kondisi Zubeidi yang dilaporkan disiksa setelah penahanannya kembali, aktivis tersebut mengatakan bahwa dia telah ditahan selama bertahun-tahun tanpa pengadilan karena tidak ada bukti yang dapat ditemukan untuk memberatkannya.

“Penahanan administratif ini sangat mengerikan. Menghukum seseorang tanpa alasan adalah bagian dari pola pikir pendudukan Israel. Kisah Zakaria harus diceritakan dan harus dipahami konteksnya,” ujarnya.

“Pembebasan adalah hak fundamental. Kita semua memiliki hak untuk hidup dengan kebebasan dan martabat, hak untuk menjalankan kepenuhan kemanusiaan kita di tanah kita sendiri. Dari segi perjuangan yang terus menerus dan bentuk yang berbeda-beda,” kata Ashrawi.

Berkenaan dengan “Kesepakatan Abraham” dia mengatakan bahwa itu adalah “manipulasi sinis” dari situasi di mana konflik diabadikan dengan keterlibatan dan kolusi beberapa rezim Arab yang diperas atau disuap untuk dinormalisasi dengan Rezim Israel.

“Yang mereka pertahankan sama dengan menormalisasi pendudukan, ketidakadilan, dan pelanggaran hukum.” Tambahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *