Yerusalem, Purna Warta – Pasukan Israel telah melukai 106 warga Palestina selama bentrokan yang meletus paska terbunuhnya seorang warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Bulan Sabit Merah Palestina dalam sebuah laporan mengatakan bahwa seorang warga Palestina telah ditembak dengan peluru tajam, sementara 19 lainnya terkena peluru karet selama bentrokan dengan pasukan Israel di Gunung Sobeih di Beita dan di pintu masuk kota di Tepi Barat Nablus, Selasa malam (27/7).
Ada 72 warga Palestina yang menderita kesulitan bernapas setelah menghirup gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan Israel.
Menurut laporan tersebut bentrokan meletus setelah pasukan Israel menembak mati Shadi Salim (41) di dekat kota Beita pada Selasa pagi. Penduduk setempat mengatakan tidak ada protes ketika penembakan fatal itu terjadi.
Selama beberapa minggu terakhir, daerah tersebut menyaksikan bentrokan intensif antara pasukan Israel dan warga Palestina yang memprotes sebuah pos pemukiman yang baru-baru ini didirikan di Gunung Sobeih oleh para pemukim di bawah perlindungan pasukan Israel.
Lebih dari 600.000 orang Israel tinggal di lebih dari 230 pemukiman yang dibangun sejak pendudukan Israel tahun 1967 di Tepi Barat dan al-Quds Timur.
Semua pemukiman Israel adalah ilegal menurut hukum internasional karena dibangun di atas tanah yang diduduki. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengutuk kegiatan pemukiman Israel di wilayah pendudukan dalam beberapa resolusi.
Gerakan Perlawanan: Akhir Israel semakin dekat
Gerakan perlawanan Palestina Hamas mengumumkan bahwa mereka telah menyusun rencana komprehensif untuk membebaskan wilayah pendudukan.
Kamal Abu Aoun, anggota biro politik Hamas pada hari Selasa mengatakan bahwa gerakan perlawanan dan militer bekerja siang dan malam membuat rencana komprehensif untuk membebaskan Palestina dan memfasilitasi kembalinya orang-orang Palestina yang diusir dari tanah air mereka.
“Perlawanan Palestina berhasil mencapai citra kemenangan selama pertempuran Pedang al-Quds, saat itu sirene berbunyi di kota-kota yang diduduki dan kawanan pemukim melarikan diri karena serangan perlawanan,” kata Abu Aoun pada sebuah konferensi di Gaza.
Dia mencatat bahwa perlawanan Palestina mencapai kemenangan yang jelas selama pertempuran dan hal ini merupakan penghinaan terhadap rezim Israel. Ia menggambarkannya sebagai prestasi terburuk dalam sejarah entitas Israel.
Pejabat Hamas menekankan bahwa pertempuran itu terjadi untuk mempertahankan al-Quds, hal tersebut menandai kemajuan menuju pelaksanaan proyek pengembalian dan pembebasan Palestina.
Dalam tahun-tahun terakhir dunia telah menyaksikan eskalasi pelanggaran dan tirani Israel sejak AS memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke al-Quds yang diduduki. Abu Aoun mengatakan bahwa agresi semacam itu akan disusul dengan kekalahan pendudukan Israel.
Israel meluncurkan pengeboman brutal terhadap Jalur Gaza yang terkepung pada 10 Mei menyusul pembalasan Palestina terhadap serangan kekerasan terhadap jamaah di Masjid al-Aqsa dan rencana rezim untuk memaksa sejumlah warga Palestina keluar dari rumah mereka di lingkungan Sheikh Jarrah, Al-Quds Timur. Sekitar 260 warga Palestina tewas dalam serangan tersebut.
Sebagai tanggapan, gerakan perlawanan Palestina meluncurkan Operasi Pedang al-Quds dan menembakkan lebih dari 4.000 roket dan rudal ke wilayah pendudukan yang menewaskan 12 orang Israel.
Tampak lengah oleh rentetan roket dari Gaza yang belum pernah terjadi sebelumnya, Israel mengumumkan gencatan senjata sepihak pada 21 Mei, yang diterima oleh gerakan perlawanan Palestina dengan mediasi Mesir.