Gaza, Purna Warta – Lebih dari satu juta warga Palestina di Gaza berisiko menghadapi ancaman kelaparan parah pada pertengahan Juli karena krisis pangan yang semakin memburuk akibat kurangnya bantuan kemanusiaan dan blokade Israel yang sedang berlangsung, menurut badan-badan PBB.
Lebih dari satu juta warga Palestina di Gaza menghadapi ancaman kelaparan parah pada pertengahan Juli, menurut peringatan dari badan-badan PBB.
Baca juga: Sekjen PBB Ingatkan Konflik Asia Barat yang Lebih Luas Saat Israel Ancam Lebanon
Krisis kelaparan di Gaza semakin parah karena kurangnya makanan dan bantuan yang masuk ke Jalur Gaza, diperparah oleh blokade Israel yang terus berlanjut terhadap akses kemanusiaan.
“Kami hampir tidak dapat menemukan sepotong roti dan jika tersedia kami hanya makan roti tanpa makanan lain,” kata penduduk Gaza Saber Ahmad Sihweal.
“Kami tidak memiliki penghasilan dan bahkan saat itu, tidak ada yang bisa dibeli. Kami tidak mampu membeli makanan yang layak. Anak-anak saya dan saya hanya makan sepotong roti dan hanya sekali sehari.”
Sihweal, yang tinggal bersama 11 anggota keluarga di Beit Lahiya di utara, berjuang untuk menjaga anak-anaknya tetap hidup meskipun lolos dari serangan Israel yang sering terjadi.
“Kulkas benar-benar kosong, bahkan air pun tidak ada. Anak-anak saya kelaparan sampai mati. Sekarang kulkas itu dipenuhi serangga dan kecoak. Tidak ada apa-apa sama sekali. Panci-panci kosong,” tambahnya.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) juga melaporkan bahwa sekitar 39.000 siswa tidak dapat mengikuti Ujian Sekolah Menengah Umum (Tawjihi) di Gaza, yang akan dimulai hari ini, karena perang Israel yang sedang berlangsung.
Sejak perang dimulai pada bulan Oktober, sekitar 625.000 siswa tidak bersekolah, dengan sekolah dan universitas hancur, dan lebih dari 7.000 siswa Palestina dan 378 pekerja pendidikan tewas dalam serangan Israel.
PBB menyatakan bahwa para siswa SMA ini “dirampas kesempatannya” untuk mengikuti ujian.
Kementerian Pendidikan Palestina telah mengatur agar 1.320 siswa Gaza di luar wilayah yang dilanda perang tersebut mengikuti ujian Tawjihi di 29 negara Arab.