Gaza, Purna Warta – Lima warga Palestina melakukan mogok makan tanpa batas di penjara-penjara rezim Israel sebagai upaya terakhir mereka untuk memprotes pemenjaraan dengan kesalahan yang tidak dapat dijelaskan oleh rezim Israel.
Kantor berita Palestina Ma’an melaporkan perkembangan tersebut pada hari Kamis, mengutip Otoritas Urusan Tahanan Palestina.
“Empat dari mereka mendekam di penjara Rimon di utara wilayah pendudukan, sementara yang lain ditahan di penjara rezim di gurun Negev,” tulis badan tersebut.
Para narapidana memprotes penahanan administratif mereka. Rezim Israel telah menerapkan istilah tersebut pada penahanan yang merajalela terhadap warga Palestina tanpa memberi mereka alasan apa pun atas penangkapan mereka ataupun memberi tahu mereka tentang kemungkinan tanggal pembebasan mereka.
Badan tahanan menyebut metode tersebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia, karena tawanan berhak mengetahui tentang keadaan di sekitar penahanan mereka.”
“Bagaimanapun rezim pendudukan menentang hal tersebut (membiarkan para tahanan menggunakan hak mereka),” tambahnya.
Jumlah warga Palestina yang menderita dalam kondisi penahanan seperti itu di penjara-penjara Israel saat ini mencapai 540 orang.
Aksi mogok makan dianggap sebagai salah satu tindakan protes paling menyakitkan yang tersedia bagi para tahanan Palestina. Tindakan tersebut terkadang terbukti efektif dalam menimbulkan kecaman internasional atas praktik tidak manusiawi rezim Israel.
Menurut sumber resmi Palestina, saat ini 4.650 orang Palestina ditahan di penjara-penjara Israel, 180 diantaranya adalah anak-anak.
Sebuah organisasi dengan yurisdiksi terbatas di wilayah Palestina yang diduduki Israel di Tepi Barat, terus-menerus gagal mengambil tindakan untuk mengamankan pembebasan mereka.
Hamas, gerakan perlawanan yang berbasis di Jalur Gaza, bagaimanapun telah menangkap beberapa orang Israel untuk menekan rezim agar membebaskan para tahanan Palestina.
Pada tahun 2011, hal tersebut membuat rezim melepaskan lebih dari 1.000 tahanan, termasuk pemimpin Hamas saat ini, Yahya Sinwar. Pembebasan tersebut dilakukan dengan imbalan Gilad Shalit, seorang tentara Israel, yang dulu ditahan di Gaza selama lebih dari lima tahun.