Tepi Barat, Purna Warta – Seorang mantan tahanan politik Palestina penderita kanker yang baru-baru ini dibebaskan dari penjara Israel, telah meninggal setelah bertahun-tahun permintaan bantuan medisnya ditolak dalam penjara rezim pendudukan.
Masyarakat Tahanan Palestina (PPS) pada hari Rabu (22/9) mengatakan bahwa Hussein Masalma, (39) yang menderita leukemia, telah meninggal di Rumah Sakit Arab Istishari di kota Ramallah.
Menurut PPS, Masalma yang berasal dari kota al-Khader di Tepi Barat diculik oleh tentara Israel pada tahun 2002 dan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.
Setelah menjalani 19 tahun di penjara Israel, orang Palestina itu dibebaskan pada bulan Februari, ketika kondisinya menjadi sangat serius karena Israel menolak untuk memberinya perawatan medis yang sangat dibutuhkan.
Dia pertama kali dipindahkan ke pusat medis Israel Hadassah di al-Quds, sebelum dipindahkan ke Rumah Sakit Arab Istishari pekan lalu.
PPS menganggap rezim Tel Aviv bertanggung jawab penuh atas kematian orang Palestina yang sakit itu, dengan mengatakan bahwa dia mengalami kelalaian medis selama berada dalam tahanan Israel dan baru mulai menerima perawatan ketika kondisi kesehatannya menjadi kritis.
Ia juga mencatat bahwa Masalma mulai menderita komplikasi medis dan rasa sakit pada akhir 2020, tetapi Israel butuh lebih dari sebulan untuk mengirimnya ke klinik.
“Dia baru dipindahkan ke pusat medis Israel Hadassah ketika kondisinya menjadi sangat serius dan dia didiagnosis menderita leukemia stadium akhir.” PPS menambahkan
Beberapa faksi politik Palestina menyerukan pemogokan umum dan protes di Tepi Barat yang diduduki pada hari Kamis (23/9), ketika mantan tahanan yang meninggal akan dimakamkan.
Dalam sebuah wawancara pada bulan Februari, Masalma berkata, “Selama lebih dari dua tahun saya menderita, dan mereka tidak dapat mendiagnosis kondisi saya. Bukan hanya saya, ada begitu banyak tahanan yang menderita kondisi serius.”
PPS mengeluh bahwa banyak tahanan politik Palestina, terutama mereka yang telah ditawan oleh Israel selama lebih dari 20 tahun, menghadapi kondisi kesehatan yang serius.
PPS lebih lanjut mendesak kelompok hukum dan hak asasi manusia, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk bertindak memastikan pembebasan semua warga Palestina yang sakit dari penjara Israel.
Layanan Penjara Israel (IPS) menahan tahanan Palestina dalam kondisi yang menyedihkan tanpa standar higienis yang layak.
Kelompok hak-hak tahanan menegaskan bahwa IPS Israel mempertahankan kebijakan sistematis kelalaian medis terhadap narapidana Palestina.
Dilaporkan ada lebih dari 7.000 warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel. Ratusan narapidana telah dipenjara di bawah praktik penahanan administratif.
Para narapidana Palestina secara teratur melakukan mogok makan sebagai protes atas kebijakan penahanan administratif dan kondisi penjara yang keras.