Purna Warta – The African Union (AU) atau persatuan negara-negara Afrika menekan dibuatnya aturan baru anti teroris. Termasuk yang mereka tekan adalah pengiriman pasukan patroli untuk mengawasi munculnya kekerasan ekstremis.
Meningkatnya eskalasi penyerangan grup bersenjata di negara-negara Afrika membutuhkan usaha penanganan yang lebih besar dan dipimpin oleh masing-masing daerah. Hal tersebut disampaikan oleh Moussa Faki ketua AU dalam sebuah pertemuan tingkat tinggi di Abuja, Nigeria.
Baca juga: Bahaya AI Mengintai Pemilu India Yang Akan Datang
Menurut Faki jumlah serangan grup militan di benua hitam itu semakin meningkat sejak tahun lalu. Antara tahun 2017 hingga 2021 rata-rata terjadi serangan sebanyak 4 kali perhari, namun kini sudah menjadi 8 kali serangan perhari. Rata-rata jumlah kematian meningkat dari 18 orang menjadi 44 orang perharinya.
“Sayang sekali, para warga terus menerus menanggung derita dari aksi keji tersebut. Tahun 2023 sendiri terdapat lebih dari 7.000 korban tewas akibat serangan. Terlebih lagi, aparat keamanan dan militer tidak luput dari kekejaman ini. Kedua sektor tersebut mengalami penurunan personel sebanyak 190,8 persen dengan 4.000 korban jiwa”, ujar Faki.
Grup pemberontak yang terkait dengan Al-Qaeda, khususnya Al-Shahab melakukan serangan secara berkala di sejumlah negara-negara Afrika. Diantara yang menjadi target mereka adalah Burkina Faso, Mali dan Somalia. Setidaknya 7.800 warga terbunuh dalam 7 bulan pada tahun 2023, menurut laporan yang disampaikan oleh ACLED.