Moskow, Purna Warta – Sergey Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia, menyatakan dalam wawancara dengan media Cina bahwa keluarnya AS dari JCPOA telah membuktikan ketidakcakapan mereka dalam memikat negara-negara lain dan itu juga termasuk pelanggaran terhadap hukum internasional.
“Ketika Amerika keluar dari resolusi nuklir dan saat ini banyak pihak yang berupaya untuk menghidupkannya, bukan hanya Amerika yang menghentikan realisasi (resolusi) tetapi semua negara enggan melaksanakan perjanjian Dewan Keamanan PBB. Ini adalah pelanggaran dan ini adalah bukti akan kelemahan mereka dalam berdialog,” jelasnya.
Selain menyindir sikap semena-mena Amerika ini, Sergey Lavrov juga menegaskan perlunya pembentukan aliansi internasional untuk menyerang strategi sanksi sepihak dan menyatakan bahwa setiap langkah yang bakal melawan satu manuver tak absah, seperti sanksi sebelah, harus mendapatkan dukungan.
Menlu Lavrov mengingatkan kasus Venezuela dan menjelaskan, “Venezuela telah mengajukan satu proposal di PBB untuk membentuk koalisi melawan kebijakan-kebijakan sepihak. Yang jelas PBB adalah wakil khusus dan memiliki satu jurnalis khusus kontra sanksi-sanksi sepihak. Jurnalis tersebut sudah memaparkan informasi yang sangat realistis.”
“Ide seperti ini harus mendapatkan support dan kami seharusnya mendirikan satu koalisi umum beberapa negara yang mau melawan strategi non formal (sanksi) ini,” lanjutnya.
Di tengah kritik, Menlu Rusia, Sergey Lavrov mengharap Amerika untuk teguh dalam pendiriannya kembali ke JCPOA.
Pemerintah Amerika pimpinan Joe Biden, di tengah pengakuannya akan kegagalan opsi tekanan ekstrim, memutuskan untuk kembali ke JCPOA. Iran menegaskan bahwa Amerika bisa kembali tanpa prasyarat. Hanya dengan satu syarat menanggalkan sanksi yang telah diaktifkan atau imposed, ataupun sanksi re-imposed atau relabeled.
Baca juga: Banting Setir Eropa ke Vaksin Rusia