Ankara, Purna Warta – Kemarin nilai mata uang Lira Turki tunduk lesu hingga 15% di hadapan dolar dan laporan terbaru (25/11), menuliskan terjun payung hingga 3%.
Ketakutan akan peningkatan inflasi dan kekhawatiran akan dampak ekonominya telah membuat Lira kembali tersungkur di depan dolar. Bahkan rekor baru dipecahkan oleh mata uang Turki ini.
Beberapa hari lalu, nilai mata uang Lira jatuh hingga angka 15%. Dua hari lalu, Lira Turki juga jatuh ke nilai terendah, yaitu 13.45 Lira per dolar. Sekarang perdolar berharga 13.15 Lira. Ini merupakan rekor baru dalam sejarah Lira Ankara.
Baca Juga : Warga Sudan Terus Berdemokrasi Meski Hamdok Diangkat Kembali sebagai Perdana Menteri
Sedari awal tahun, Lira telah kehilangan 43% nilainya dan sejak awal minggu lalu, 24%.
Presiden Erdogan membela politik uang Bank Pusat dan meyakinkan bahwa dirinya akan menang dalam perang kemerdekaan ini. Tapi protes dan kritik ekonom Turki terus mengalir kepadanya.
Dalam satu pertemuan Kabinet, Presiden Erdogan menegaskan, “Kami telah memutuskan untuk melakukan apapun demi negara, dari investasi, produksi, lapangan kerja dan semua yang benar. Ekonomi Turki dibangun berdasarkan ekspor.”
“Sebagai pemerintah yang memiliki pengalaman dan pengetahuan manajemen krisis keuangan, kami siap memanfaatkan kesempatan periode krisis dunia ini,” tambahnya.
“Kenaikan harga tidak berdampak langsung pada investasi, produksi dan lapangan kerja. Nilai mata uang Lira akan menambah investasi, produksi dan kerja,” hematnya.
Baca Juga : 5 Alasan Kenapa Kaum Kiri Menang di Pemilu Venezuela
Terkait perang ekonomi ini, Presiden Recep Tayyip Erdogan meyakini bahwa Turki akan keluar sebagai pemenang.
Tak butuh lama, setelah pidato ini, nilai mata uang Lira langsung terjun payung.
Berkali-kali Presiden Turki menuntut penurunan suku bunga untuk penguatan ekonomi Ankara. Dalam hal inilah, sang Presiden langsung merubah para petinggi bank pusat.
Sudah bertahun-tahun Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki, menolak kenaikan suku bunga bank. Siapapun yang menentangnya dalam hal ini, langsung dipecat.
Baca Juga : Serangan Udara Koalisi Agresor Saudi di Ibu Kota Yaman
Sementara warga Turki demonstrasi menolak kenaikan harga dan penurunan mata uang Lira. Para petinggi partai oposisi kritik keras kinerja partai Keadilan dan Pembangunan pimpinan Erdogan. Bahkan Kamis pekan lalu, mereka mengadakan pertemuan dan menuntut Pemilu darurat.