Purna Warta – Salah satu agensi PBB mengatakan bahwa waktu sudah terlambat untuk mencegah krisis di Darfur, Sudan. Krisis pangan sudah terjadi di Darfur dan warga mengkonsumsi rumput dan kulit kacang kata direktur WFP hari Jum’at (03/05). Jika bantuan tidak segera datang, kita akan menyaksikan kematian dan krisis pangan di Darfur serta area terdampak lainnya, ujarnya.
Baca juga: Demo Palestina Universitas Columbia Terinspirasi Demo Anti-Apartheid dan Anti-Perang Vietnam.
Sudan terjebak dalam perang sipil sejak bulan April 2023 ketika terjadi pertemuran antara miltier Sudan dan pasukan paramiliter RSF. Perseteruan tersebut dengan cepat berubah menjadi konflik brutal dimana kekerasan seksual, pembunuhan warga sipil dan kerugian lainnya membuat banyak warga melarikan diri.
Pada hari Kamis (02/05) dua orang supir palang merah internasional (ICRC) tewas dalam penembakan yang terjadi di selatan Darfur. 3 orang staff lainnya mengalami luka-luka dalam serangan tersebut. Tim ICRC tersebut dalam perjalanan untuk meninjau area-area yang terdampak kekerasan.
Eskalasi kekerasan yang terbaru ini dimulai sejak RSF mengepung El Fasher, ibukota Darfur. Pembunuhan, pembakaran desa secara sistematis dan penyerangan udara semakin meningkat di kota tersebut, kata Toby Hayward pejabat HAM PBB di Sudan.
Hayward menjelaskan bahwa El Fasher merupakan satu-satunya kota di Darfur yang belum ditaklukkan oleh RSF serta menampung ribuan orang ang melarikan diri dari perang. Setidaknya terdapat 500.000 orang yang mengungsi di kota tersebut akibat kekerasan yang terjadi di daerah-daerah Sudan lainnya.