Paris, Purna Warta – Dengan membangun aliansi baru segitiga antara Amerika-Inggris-Australia, maka Sidney telah mengenyampingkan kesepakatan dengan perusahaan militer Paris, Naval Group, dalam pembuatan kapal selam nuklir. Hal ini sangat disayangkan oleh Kemenlu Prancis.
Jean-Yves Le Drian, Menlu Prancis, mengecam keputusan Australia sebab meninggalkan kesepakatan bernilai 90 miliar dolar dengan perusahaan kapal selam asal Paris, Naval Group.
“Ini tikaman dari belakang. Kami telah menjalin hubungan saling percaya dengan Australia. Kepercayaan ini telah luntur dan hari ini saya sangat marah akan kesepakatan yang terhapus,” sindirnya.
Menurut pengakuan laporan Sputnik, Ketua Diplomasi Prancis masih menunggu pernyataan dari Australia, bahkan Amerika Serikat.
Meliput dari surat kabar Reuters, setelah menyingkirkan Paris dari salah satu transaksi pertahanan dunia yang ditandatangani dengan Australia, Prancis menuding Presiden AS, Joe Biden, telah menikam dari belakang sebagaimana Donald Trump.
“Keputusan buruk ini adalah satu keputusan sepihak dan tidak bisa diprediksi. Hal ini telah mengingatkan saya kepada kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Donald Trump,” tambah Menlu Prancis.
Pernyataan pedas Menteri Luar Negeri Prancis ini adalah respon dari terbangunnya aliansi pertahanan baru segitiga antara AS-Inggris-Australia yang menyebabkan Paris terhapus dalam kesepakatan kerjasama pembangunan kapal selam nuklir Sidney dan Naval Group.
Hal ini ditegaskan oleh pernyataan beberapa Menteri Australia dan PM Scoot Morrison pada hari Kamis, 16/9. Mereka menyatakan bersama, “Menindaklanjuti teknologi kapal selam atom berartikan bahwa Australia tidak lagi meneruskan program pembuatan kapal selam dengan Naval Group.”