Ketergantungan Pada AI Berpotensi Merusak Kemampuan Berpikir Kritis Generasi Muda

Purna Warta – Sebuah universitas di beberapa negara di dunia bergelut dengan pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI) di kalangan para mahasiswa-mahasiswa mereka. Sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa frekuensi tinggi penggunaan AI bisa merusak kemampuan berpikir kritis.

Baca juga: Analisa: Apakah Amerika Akan Menjadi Soviet Jilid Dua?

Universitas Fudan di Shanghai, Cina terus meninjau ulang dan mengembangkan aturan-aturan terkait penggunaan AI di lingkungan universitas. Universitas Fudan sendiri menjadi universitas pertama di Cina yang memperkenalkan regulasi penggunaan AI dalam penulisan tesis.

Beberapa minggu belakangan, Universitas Normal Beijing, Universitas Normal Cina Timur, Universitas Komunikasi Cina dan Universitas Sains dan Teknologi Tianjin juga mengeluarkan regulasi penggunaan AI.

Universitas-universitas di belahan dunia lain seperti Inggris, Kanada, Jerman, Jepang, Singapura dan Amerika juga kini saling berlomba untuk menciptakan keseimbangan antara perkembangan teknologi yang sangat pesat dengan integritas belajar mengajar.

Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris, analisa respon lebih dari 650 orangberusia 17 tahun keatas menunjukkan bukti penurunan kemampuan berpikir kritis di kalangan generasi muda yang menggunakan AI terus menerus.

“Para peserta dengan ketergantungan lebih banyak pada alat-alat AI memiliki nilai rendah dalam berpikiri kritis dibanidngkan dengan peserta lain yang lebih tua” terang penelitian tersebut yang dilakukan oleh Michael Gerlich dari Sekolah Bisni SBS.

“Trend ini menggarisbawahi perlunya intervensi edukasional yang mempromosikan interaksi kritis dengan teknologi AI, memastikan bahwa kenyamanan yang ditawarkan alat-alat ini tidak mengorbankan kemampuan kognitif esensial para pengguna”

Menurut Gerlich, kendati bantuan eksternal seperti kalkulator dan AI bisa membantu dalam manajemen informasi serta membantu dalam pembelajaran, namun penggunaan berlebih bisa merusak daya ingat serta kemampuan berpikir kritis.

Baca juga: Wokeism Dibalik Kebakaran Hebat Los Angeles

Penelitian itu juga menemukan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin kuat pula kemampuan berpikiri kritis mereka terlepas menggunakan AI atau tidak. Sehingga, bisa dibilang bahwa pendidikan bisa memitigasi efek negatif potensial dari teknologi AI.

Tak sedikit dari para peserta yang mengatakan bahwa AI dan mesin pencarian sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup sehari-hari mereka. “Mereka seringkali mengandalkan AI untuk mengingat informasi, memecahkan masalah dan membuat keputusan ketimbang terlibat dalam proses kognitif yang lebih dalam”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *