Tehran, Purna Warta – Susunan calon peserta pemilu Iran pada 18 Juni nanti sedang terbentuk secara bertahap. Kali ini lebih banyak pesaing dari kedua kubu politik yang memasuki pencalonan.
Pada hari keempat pendaftaran, calon dari kubu konservatif dan reformis muncul di tempat pendaftaran untuk mencalonkan dirinya.
Sementara di platform yang berbeda, Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif telah menggarisbawahi bahwa dia dalam pemilu Iran ini tidak akan mencalonkan diri sebagai presiden. Masih ada spekulasi yang menyatakan bahwa dia mungkin berubah pikiran pada saat-saat terakhir, jika begitu dia akan menjadi calon utama dari kubu reformis.
Baca Juga : Pemilu Iran: Ebrahim Raeisi Calonkan Diri Secara Independen
Presiden Hassan Rouhani akan menyerahkan kekuasaan dengan beberapa tugas yang belum selesai, yang terbesar di antaranya adalah nasib kesepakatan nuklir dan ekonomi negara yang lumpuh karena dampak sanksi AS.
Pemilihan itu dilakukan dengan latar belakang Negosiasi Wina antara Iran dan beberapa pihak lain dalam kesepakatan nuklir 2015. Negosiasi tersebut membahas cara-cara untuk menghidupkan kembali kesepakatan yang bermasalah setelah AS membatalkan kesepakatan pada tahun 2018. Saat ini, solusi untuk Negosiasi Wina adalah pertanyaan kunci yang diajukan baik untuk kubu reformis maupun konservatif.
Kubu konservatif diharapkan memiliki kehadiran yang lebih kuat dalam persaingan ini. Di antara tokoh-tokoh utama yang mencalonkan diri adalah Ketua Kehakiman Ebrahim Raeisi, mantan Ketua Parlemen Ali Larijani dan sekretaris Dewan Kemanfaatan Mohsen Rezaei.
Daftar final para calon presiden akan dibuat pada 27 Mei setelah badan pemeriksa pemilu yang dikenal sebagai Dewan Konstitusi meninjau kredensial para peserta.