Tehran, Purna Warta – Kandidat presiden Iran Nasser Hemmati mengatakan dia memiliki agenda khusus untuk memperbaiki tata kelola dan potensi ekonomi di Iran yang didasarkan pada keahlian para ekonom.
“Kami berusaha meminta para politisi untuk pergi, dan agar para ekonom memerintah,” kata Hemmati, seorang ekonom, dalam sebuah wawancara di jaringan televisi Jam-e Jam, Jumat (11/6).
Baca Juga : Ringkasan Debat Capres Iran Putaran Ke-2
“Kita harus menekan inflasi, membangun fondasi agar investasi asing di dalam negeri meningkat, dan meningkatkan produksi dalam negeri,” katanya. “Semua hal itu adalah hal yang lumrah yang telah berhasil dipraktikkan di berbagai negara maju.” lanjutnya lagi.
Dia menambahkan bahwa 130 negara di dunia telah menyelesaikan masalah inflasi yang tinggi. “Kita ini termasuk di antara sedikit yang tersisa.”
Hemmati, yang menjadi gubernur Bank Sentral Iran (CBI) hingga saat ini, mengatakan CBI tidak akan mampu menangani semua masalah ekonomi secara tunggal. “Masalah harus diselesaikan dalam kerangka dan tata kelola ekonomi, yang tentunya membutuhkan kewenangan di luar Bank Sentral.”
Baca Juga : Jalili: Iran Harus Pamerkan Keseniannya di Panggung Dunia
Dia mengatakan stabilitas ekonomi membutuhkan penghapusan sanksi terhadap Iran terlebih dahulu.
“JCPOA adalah fondasi yang baik bagi kami. Amerika perlu kembali ke JCPOA dan mengakhiri sanksi,” kata Hemmati. “Yang terbaru yang saya ketahui adalah bahwa keputusan serius telah dibuat dalam negosiasi Wina, dan saya sangat optimis bahwa JCPOA akan dihidupkan kembali dan sanksi akan dicabut di bawah pemerintahan yang sedang berjalan saat ini”.
“Jika itu tidak terjadi di bawah Rouhani, salah satu prioritas saya adalah mengaktifkan kembali JCPOA yang dapat berujung pada penghentian sanksi sehingga ekonomi negara akan dapat bernafas lega,” jelasnya.
Iran mengadakan pemilihan presiden ke-13 pada 18 Juni 2021 nanti. Hemmati melawan enam kandidat lainnya, lima di antaranya sangat kritis terhadap pemerintahan Rouhani dan catatan ekonominya.
Kelimanya, semuanya berasal dari kubu Konservatif dan telah mengkritik Hemmati selama kampanye mereka dan secara langsung mengaitkannya dengan pemerintahan Rouhani karena tugasnya sebagai kepala Bank Sentral Iran (CBI).
Sementara itu, Iran telah bernegosiasi di Wina untuk mempelajari dan berupaya untuk menarik potensi kembalinya AS ke kesepakatan JCPOA itu.
Baca Juga : Agenda Raeisi: 40% Kapasitas Produksi Akan Diaktifkan
Pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian itu pada 2018 dan mulai memberlakukan sanksi kejam lagi terhadap Iran.
Banyak dari sanksi itu telah dicabut berdasarkan kesepakatan itu. Itu adalah hasil gemilang dari negosiasi selama dua setengah tahun.
Presiden AS Joe Biden mengatakan dia bersedia untuk kembali ke kesepakatan.