Ankara, Purna Warta – Kementerian luar negeri Turki telah mengonfirmasi bahwa serangan udara Israel menewaskan sedikitnya tiga warga negaranya di sepanjang perbatasan Lebanon dengan wilayah yang diduduki. Berita tersebut awalnya dilaporkan oleh media Lebanon dan kemudian dikonfirmasi oleh kementerian luar negeri Turki.
Baca juga: Swedia akan Berikan Bantuan Militer Senilai $1,2 Miliar kepada Ukraina
“Kami mengutuk dengan sekeras-kerasnya serangan yang melanggar hukum ini yang mengakibatkan kematian warga negara kami,” kata Kemlu Turki dalam sebuah pernyataan terkait serangan udara Israel tersebut. Dikatakan bahwa prosedur sedang dilakukan untuk memulangkan jenazah mereka ke Turki. Kementerian tersebut juga menuntut diakhirinya kebijakan agresif Israel di seluruh wilayah Asia Barat.
“Seperti yang telah kami tekankan pada setiap kesempatan, Israel harus segera mengakhiri kebijakan agresifnya yang mengabaikan kehidupan manusia dan meningkatkan ketegangan di wilayah kami,” bunyi pernyataan tersebut.
Pada bulan September, seorang warga negara AS-Turki ditembak mati oleh pasukan Israel di Tepi Barat minggu lalu. Aysenur Eygi menjadi sasaran saat berdemonstrasi menentang permukiman Israel di wilayah pendudukan ketika dia ditembak dan dibunuh.
Pada tahun 2016, Israel dan Turki memulihkan hubungan diplomatik setelah mengakhiri keretakan selama enam tahun atas pembunuhan 10 aktivis Turki oleh pasukan Israel di sebuah kapal yang menuju Gaza.
Agresi Israel terbaru terjadi setelah pasukan Israel menewaskan 22 orang di Lebanon selatan selama akhir pekan ketika ribuan orang mencoba pulang ke rumah untuk menentang ancaman militer Israel.
Militer Lebanon melaporkan bahwa pasukan mereka mengawal penduduk yang mengungsi yang kembali ke kota-kota perbatasan selatan. Pada hari yang sama, Amerika Serikat mengatakan perjanjian tersebut akan diperpanjang hingga 18 Februari. Israel mengatakan pada 24 Januari bahwa mereka akan mempertahankan pasukan di selatan melewati batas waktu yang ditetapkan dalam gencatan senjata yang ditengahi AS.
Baca juga: Prancis Serahkan Pangkalan Terakhir di Chad di Tengah Penarikan Paksa
Pada hari Senin, Sekretaris Jenderal Hizbullah Sheikh Naeem Qassem menolak perpanjangan batas waktu penarikan Israel, dengan menyatakan bahwa “tidak boleh ada perpanjangan bahkan untuk satu hari pun.”
Ia menggarisbawahi bahwa pendudukan yang berkelanjutan merupakan agresi terhadap kedaulatan Lebanon, dan setiap orang—mulai dari pemerintah hingga rakyat, kelompok perlawanan, partai, dan semua sekte—memikul tanggung jawab untuk menghadapi pendudukan tersebut.