Survei Temukan Muslim di Eropa Alami ‘Peningkatan Rasisme Mengkhawatirkan’

Muslim

Purna Warta – Sebuah survei menemukan “lonjakan yang mengkhawatirkan” dalam rasisme terhadap Muslim di Eropa menyusul dimulainya perang genosida oleh rezim Israel terhadap warga Palestina yang tertindas di Jalur Gaza yang terkepung.

Baca juga: Kepala Garda Revolusi: ‘Jangan Gantungkan Kepercayaan pada THAAD’

Survei yang diterbitkan pada hari Kamis (24/10) oleh Badan Hak Asasi Fundamental Uni Eropa (FRA) menemukan bahwa hampir setengah dari Muslim di Eropa menghadapi diskriminasi selama lima tahun terakhir.

Laporan FRA menambahkan bahwa situasi memburuk dengan cepat, khususnya dalam setahun terakhir ketika kekerasan meningkat di Asia Barat, dan “semakin sulit untuk menjadi seorang Muslim di UE.”

“Kami mengetahui laporan dari beberapa negara UE, yang menyoroti lonjakan kebencian anti-Muslim,” kata juru bicara FRA Nicole Romain kepada kantor berita Perancis AFP. Namun, bahkan sebelum eskalasi, laporan FRA menunjukkan, “semakin sulit untuk menjadi seorang Muslim di UE”.

“Kami menyaksikan lonjakan yang mengkhawatirkan dalam rasisme dan diskriminasi terhadap Muslim di Eropa,” kata direktur FRA Sirpa Rautio, seraya menambahkan, “Hal ini dipicu oleh konflik di Timur Tengah dan diperburuk oleh retorika anti-Muslim yang tidak manusiawi yang kita lihat di seluruh benua.”

Survei tersebut, yang dilakukan sebelum rezim Israel melancarkan perang genosida di Gaza lebih dari setahun yang lalu pada awal Oktober 2023, melibatkan lebih dari selusin negara Uni Eropa tempat lebih dari 9.600 Muslim diwawancarai antara Oktober 2021 dan Oktober 2022. Dalam survei tersebut, tingkat diskriminasi Muslim tertinggi terjadi di Austria sebesar 71 persen. Jerman, yang menampung populasi Muslim terbesar di Eropa, berada di urutan kedua dengan 68 persen, dan Finlandia ketiga dengan 63 persen. Perancis, yang menempati peringkat kedua setelah negara tetangga Jerman dalam jumlah Muslim yang tinggal di negara itu, berada di angka 39 persen.

Laporan FRA menambahkan bahwa orang-orang di Eropa, termasuk wanita dan anak-anak, menjadi sasaran bukan hanya karena keyakinan agama mereka, tetapi juga karena warna mata, rambut, dan kulit mereka, selain ciri-ciri tubuh lainnya.

Baca juga: Penulis AS: Kelas Politik AS Berada di Bawah Kendali Zionis Israel dan Amerika

Disebutkan bahwa Muslim yang lahir di UE dan wanita yang mengenakan jilbab sebagai pakaian keagamaan khususnya terkena dampak diskriminasi termasuk pemeriksaan polisi acak berdasarkan profil ras dan kualifikasi yang berlebihan untuk pekerjaan.

Dua puluh enam juta Muslim tinggal di UE yang mencakup lebih dari 5 persen dari populasi blok tersebut yang berjumlah 448 juta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *