Madrid, Purna Warta – Kelompok yang mewakili komunitas Gipsi Spanyol mengatakan pada hari Kamis (28/7) bahwa lebih dari 30 anggota dari enam keluarga telah melarikan diri dari Peal de Becerro di provinsi Jaén, karena mereka takut akan pembalasan lebih lanjut yang rasis terhadap komunitas mereka. Diantara mereka adalah orang-orang yang sakit, lanjut usia dan rentan.
Gelombang kekerasan terbaru meletus ketika seorang penjaga pintu pub berusia 29 tahun ditikam sampai mati di wilayah yang bermasalah, setelah pertengkaran dengan empat anggota komunitas Gipsi setempat pada dini hari Minggu.
Baca Juga : Presiden Cina Peringatkan Biden Untuk Tidak ‘Bermain Dengan Api’
Disusul dengan amukan rasis, dimana beberapa warga mengincar rumah-rumah milik kaum Gipsi.
Harta bendanya dibakar, dijarah dan dirusak. Beberapa rumah juga dirusak dengan grafiti yang mengatakan “Gipsi pembunuh” dan “matilah Gipsi”.
Komunitas gipsi dengan cepat menyuarakan simpati mereka atas pembunuhan itu, dan mengatakan tidak ada yang bisa membenarkan kejahatan rasis yang mengikutinya.
“Tidak dapat diterima bagi sekelompok orang untuk mengambil aturan di tangan mereka sendiri, dan menyerukan pengusiran keluarga Gipsi dari kota, serta untuk membakar rumah keluarga Gipsi, disertai dengan membalikkan mobil mereka,” kata Sekretariat Fundación Spanyol Gitano dalam sebuah pernyataan.
Kamira, sebuah federasi yang terdiri dari asosiasi wanita Gipsi, mengatakan “dengan kematiannya tidak bisa memaafkan mereka yang melakukan kekerasan anti-Gipsi.”
Baca Juga : India Pantau Laporan Rencana Kunjungan Kapal Cina Ke Srilanka
Kamira termasuk di antara kelompok yang telah mengajukan pengaduan pidana terkait kekerasan tersebut.
Jaksa penuntut umum di Andalucía baru-baru ini mengatakan bahwa mereka telah mulai menyelidiki peristiwa setelah kematian lvaro Soto.
Ini bukan kasus pertama kekerasan terhadap komunitas Gipsi di Spanyol dan di tempat lain di seluruh Eropa. Pada Juli 1986, keluarga Gipsi yang tinggal di kota Andalusia, Martos, terpaksa mengungsi setelah rumah mereka dibakar.
Gipsi yang juga disebut Roma dan komunitas aborigin lainnya terus mengalami marginalisasi di negara-negara Barat.
Dua tahun lalu, mantan pakar kemiskinan PBB Philip Alston meminta pihak berwenang Spanyol untuk melakukan tinjauan independen untuk memastikan bahwa anak-anak Roma “tidak ditakdirkan untuk mengulangi siklus kemiskinan dan pengucilan”.
Baca Juga : Jubir Kemenlu Iran: Barbarisme Tidak Akan Mencegah Nasib Buruk Rezim Apartheid Israel
Kelompok hak asasi manusia mengatakan komunitas Roma di seluruh Eropa menghadapi penganiayaan yang meluas dan diskriminasi yang mengejutkan.