Moskow, Purna Warta – Presiden Prancis Emmanuel Macron akan terbang ke Moskow dalam upaya untuk mengamankan komitmen dari Presiden Rusia Vladimir Putin yang akan meredakan ketegangan di Ukraina.
Menjelang perjalanan hari Senin, pemimpin Prancis itu mengatakan dia berharap untuk “membahas syarat-syarat de-eskalasi” selama pembicaraannya dengan Putin.
Baca Juga : Jenderal AS: Serangan ke UEA Bukan Ulah Ansarullah, Tapi Iran
Setelah kunjungan Moskow, Macron kemudian akan menuju ke ibukota Ukraina, Kyiv, pada hari Selasa untuk melakukan pembicaraan dengan presiden negara itu Volodymyr Zelenskyy.
Rusia telah mengumpulkan sekitar 100.000 tentara di dekat perbatasannya dengan Ukraina sembari menuntut jaminan keamanan dari Amerika Serikat dan NATO. Namun, ia menyangkal merencanakan invasi ke Ukraina.
AS dan NATO telah menyebut tuntutan Rusia sebagai tuntutan non-starter dan Washington telah mengerahkan ribuan pasukan tambahan ke Eropa Timur. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan pada hari Minggu memperingatkan bahwa Putin dapat memerintahkan serangan ke Ukraina dalam beberapa hari atau minggu.
Baca Juga : PBB: Ratusan Tahanan Anak-Anak di Penjara ISIS Hidup Dalam Kondisi Mengerikan
Kendati demikian, Presiden Perancis – yang telah berbicara dengan Joe Biden sebelum kunjungannya ke Moskow sebagai bagian dari “logika koordinasi” – disebut telah meremehkan kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina dan mengatakan negosiasinya dengan Putin dapat mencegah konflik militer.
“Tujuan geopolitik Rusia saat ini jelas bukan Ukraina, tetapi untuk memperjelas aturan hidup bersama dengan NATO dan Uni Eropa,” katanya kepada Le Journal de Dimanche dari Prancis.
“Intensitas dialog yang kami lakukan dengan Rusia dan kunjungan ke Moskow ini kemungkinan akan mencegah [operasi militer] terjadi. Kemudian kami akan membahas ketentuan de-eskalasi,” katanya.
Baca Juga : Petinggi Qatar dan UEA Bertemu Pertama Kalinya Setelah Pemboikotan oleh Negara-Negara Teluk
Tetapi dia memperingatkan bahwa “kita harus sangat realistis” dan bahwa “kita tidak akan mendapatkan isyarat sepihak dari Rusia”.
Sumber: Aljazeera