Moskow, Purna Warta – Rusia mengecam keputusan badan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNESCO, yang menambahkan pusat bersejarah kota pelabuhan Ukraina Odesa ke dalam daftar Warisan Dunia dalam Bahaya.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam penunjukan tersebut, dan mengatakan satu-satunya ancaman bagi Odesa berasal dari rezim Ukraina di tengah perang.
Baca Juga : Ratusan Anak Pencari Suaka Hilang dari Hotel yang Dikelola Pemerintah Inggris
Kementerian Luar Negeri mengatakan, “Itu disiapkan dengan tergesa-gesa, tanpa menghormati standar tinggi UNESCO saat ini,” menyebut pemungutan suara itu “bermotivasi politik”.
Teguran tersebut disampaikan dalam sebuah pernyataan setelah Moskow gagal menunda pemungutan suara, yang disetujui hanya dengan enam suara mendukung, satu menentang, dan 14 abstain. Pemungutan suara diadakan pada pertemuan panel UNESCO di Paris pada hari Rabu (25/1).
Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay mengklaim pemungutan suara itu “mencerminkan tekad kolektif kami untuk melindungi kota ini dari kehancuran yang lebih besar.”
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan tidak berselisih dengan keputusan UNESCO untuk merayakan dan melindungi warisan Odesa.
“Tapi ini membutuhkan klarifikasi bahwa satu-satunya ancaman terhadap kekayaan sejarah kota berasal dari rezim nasionalis Ukraina yang secara sistematis menghancurkan monumen para pendiri dan pembela Odesa,” katanya dalam pernyataan itu.
Monumen yang dulu dibangun untuk Permaisuri Rusia Catherine yang Agung – sebagai pendiri kota – yang dibongkar atas perintah otoritas kota tahun lalu.
Baca Juga : Laporan: Warga AS Kirim Sumbangan Bebas Pajak ke Organisasi Ekstrimis Israel
Rusia memulai kampanye militer untuk membela penduduk pro-Rusia di wilayah timur Ukraina di Luhansk dan Donetsk dari penganiayaan oleh Kiev, dan juga untuk menghilangkan Nazifikasi tetangganya.
Upaya perang Ukraina didukung kuat oleh sekutu Barat Kiev, yang telah mempersenjatai bekas republik Soviet itu dengan persenjataan berat sejak awal konflik.
Moskow mengatakan bahwa Ukraina yang memompa penuh senjata hanya akan memperpanjang konflik, dan menghalangi dialog.