Moskow, Purna Warta – Jubir Kementerian Luar Negeri Rusia membalas pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris dan mengatakan bahwa sebelum memberi nasihat kepada negara-negara lain tentang imigran, London harus melihat kejahatannya di Irak.
Daily Telegraph meliput isi surat umum 800 kata Liz Truss, Menlu Inggris, Minggu 14/11. Surat tersebut berisikan ungkapan rasa bangga Menlu akan dukungan bangsanya berdiri di samping Uni Eropa yang menolak imigran. Di samping juga, Menlu Liz Truss menuntut Rusia untuk menekan Belarus karena jalan buntu di perbatasan Polandia.
Baca Juga : Lebih dari 1 Juta Imigran Afganistan Kembali dari Iran
Minsk, menurut Menlu Inggris, memanipulasi krisis ini untuk instabilitas demokrasi baru di Eropa timur.
“Kami bangga menjadi negara pertama Eropa yang mengirim tim kecil dari personil untuk membantu teknis mengurangi tekanan perbatasan ke Polandia,” tulis Menlu Truss.
“Britania dan NATO siap menghadapi metode-metode kejahatan abad 21 yang digunakan oleh beberapa pihak yang mengancam kebebasan, ekonomi dan demokrasi kami,” tambahnya. Bahkan Menlu Truss menjanjikan bantuan kepada para sekutunya di Baltik dan Ukraina, bahkan Polandia, Hungaria, Slovakia dan Republik Ceko.
4 negara terakhir ini sudah bertahun-tahun menolak tuntutan negara-negara Eropa Barat untuk menerima imigran dan Kabinet Boris Johnson mengamini kebijakan ini.
Baca Juga : Prancis: Bukan Tempatnya Inggris Menggurui Kami
Dalam surat tersebut, Menlu Truss menyatakan bahwa krisis perbatasan di Belarus sudah direncanakan dan Rusia memiliki tanggungjawab yang jelas.
Menlu Truss mengusulkan, “Para sekutu Britania di Eropa harus Bersatu dengan London dalam menolak pembangunan proyek Nord Stream 2.”
Proyek ini sendiri sebenarnya telah dibangun selesai, hanya menunggu satu perintah dari seorang regulator Jerman untuk memulai memompa gas alami dari Rusia ke Eropa.
Russia Today mengabarkan bahwa Maria Zakharova, Jubir Kemenlu Rusia, langsung mengirim balasan di Medsos menolak klaim Liz Truss dan menuliskan, “Pernyataan ini telah menutup mata atas agresi NATO di Irak pada tahun 2003.”
“Britania mengirim ribuan pasukan dalam operasi ini dan membantu Amerika Serikat menduduki Irak, membunuh warga dan merampok kekayaan alamnya,” cetus Jubir Kemenlu Maria.
Baca Juga : Pasca Ledakan di Liverpool, Keamanan Darurat Teroris Inggris Naik Tingkat
“Inggris bertanggungjawab atas apa yang terjadi di waktu itu di Kawasan, mulai dari pembantaian di Irak, penghancuran negeri Irak, ombak tak terbatas imigran, kemunculan ISIS serta kasus-kasus kemanusiaan lainnya di bagian sana dari bumi ini. Selama London tidak bertanggungjawab atas kejahatannya, maka petinggi mereka tidak berhak menuduh pihak lain,” tegas Maria Zakharova.