Moskow, Purna Warta – Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (15/9), Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa kru Rusia dan China sedang melakukan manuver patroli taktis angkatan laut bersama dan melakukan latihan yang melibatkan artileri dan helikopter di samudra Pasifik.
“Tugas patroli tersebut meliputi penguatan kerja sama angkatan laut antara Rusia dan Cina untuk menegakkan perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia-Pasifik, memantau pesisir dan menjaga situs ekonomi bahari Rusia dan Cina,” katanya.
Baca Juga : Raisi: Iran Siap Kerja Sama Dengan SCO di Berbagai Bidang
Pada Oktober tahun lalu, kapal perang kedua belah pihak mengadakan patroli bersama pertama mereka di Samudra Pasifik bagian barat.
Selanjutnya, dari 1 hingga 7 September, Rusia mengadakan latihan militer Vostok 2022 (Timur 2022) di berbagai lokasi di Timur Jauh dan Laut Jepang, yang melibatkan pasukan dari Cina dan negara lain.
“Selama patroli, Angkatan Laut Rusia diwakili oleh detasemen kapal Armada Pasifik yang terdiri dari fregat Marsekal Shaposhnikov, Pahlawan korvet Federasi Rusia Aldar Tsydenzhapov serta kapal tanker laut menengah Pechenga. Dari Angkatan Laut PLA, kapal penghancur ‘Nian Chang’, kapal patroli ‘Yang Chen’ dan kapal pemasok kompleks ‘Dong Pinghu’ terlibat dalam patroli,” tambah pernyataan itu.
Kementerian pada hari Kamis juga menekankan bahwa manuver bersama dimaksudkan untuk meningkatkan kerja sama antara kedua negara, yang para pemimpinnya, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping, diperkirakan akan bertemu di sela-sela pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di kota Samarkand di Uzbekistan pada hari Kamis untuk pembicaraan tingkat tinggi.
Baca Juga : Saat Inggris Ditutup Untuk Pemakaman Ratu, Ribuan Orang Hadapi Gangguan
Putin dan Xi akan bergabung dengan para pemimpin dari India, Pakistan, Turki, Iran dan beberapa negara lain di kota kuno Jalur Sutra Samarkand untuk pertemuan puncak regional dua hari yang disebut-sebut sebagai tantangan bagi pengaruh global Barat.
Rusia berada di bawah serangkaian sanksi oleh Amerika Serikat dan sekutu Eropanya atas “operasi militer khusus” yang sedang berlangsung di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari. Cina juga berada di bawah tekanan Barat untuk kemitraan “tanpa batas” dengan Rusia.