Moskow, Purna Warta – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa sanksi Barat terhadap Rusia adalah deklarasi perang terhadap Moskow.
Presiden Rusia Vladimir Putin menjadikan sanksi yang dijatuhkan pada Rusia sebagai bentuk dari deklarasi perang terhadap Moskow, dan mengatakan bahwa negara-negara yang menetapkan zona larangan terbang akan menjadi pihak yang terlibat dalam perang.
Baca Juga : Satu Tersangka Dalam Teror Martir Qasem Soleimani Terpilih Jadi Dubes AS di Yaman
Presiden Rusia menambahkan bahwa operasi khusus di Ukraina merupakan keputusan yang sangat sulit, dan sanksi yang dijatuhkan oleh Barat adalah deklarasi perang terhadap Rusia.
“Federasi Rusia berusaha untuk menyelesaikan konflik di Ukraina (antara pasukan pemerintah dan Daerah Otonomi Donbas) secara damai, dan itu perlu bagi orang-orang untuk dapat terus berbicara bahasa Rusia dan memiliki hak untuk hidup, tetapi mereka (rezim Kyiv) telah banyak menghalanginya,” kata Putin.
“Orang-orang di Donbas bukanlah anjing liar, yang begitu saja bisa dibantai. Sekitar 13.000 hingga 14.000 dari mereka dibunuh oleh pasukan Ukraina, tetapi Barat lebih memilih untuk tetap diam selama delapan tahun terakhir,” tambahnya.
Baca Juga : Negosiator Ukraina Dibunuh Oleh Aparat Keamanan Ukraina
“Rusia tidak dapat mengabaikan ancaman nyata terhadap keamanannya dan sikap Barat terhadap Ukraina sebagai hal yang konyol, ” tegas putin.
“Kepemimpinan Kyiv saat ini harus tahu bahwa jika terus bersikap seperti ini, status Ukraina sebagai negara akan dipertanyakan,” kata presiden Rusia itu.
Dia juga menuduh pemerintah dan pasukan Ukraina menggunakan warga sebagai tameng manusia dan menghalangi jalan keluar mereka melalui penyeberangan kemanusiaan.
“Rusia telah melacak militan dari Timur Tengah yang menggunakan ponsel bunuh diri dan mengirimnya ke tentara Rusia, tetapi tidak berhasil,” kata Putin.
Baca Juga : Sana’a: Bahkan Jika Itu Seperempat dari Perhatian PBB ke Ukraina
Putin melanjutkan “Sanksi terhadap Rusia adalah deklarasi perang. Setelah seorang menteri Inggris mengumumkan bahwa NATO terlibat dalam konflik, Rusia memutuskan untuk menempatkan pasukan pencegah nuklir untuk siaga.”
“Sejauh ini, tujuan Rusia dalam operasi Ukraina, termasuk penghancuran infrastrutur dari rezim militernya, telah berhasil,” tambahnya.
“Rusia akan menganggap aturan zona larangan terbang dijadikan sebagai partisipasi dalam konflik militer,” tegas Putin.
“Kami telah meletakkan proposal kami di atas meja dan kami melihat tanggapan Ukraina,” katanya.
Baca Juga : Sana’a Kutuk Pemboman Teroris di Peshawar
Dia juga menekankan bahwa Ukraina bermaksud untuk bergerak menuju pembangunan pangkalan nuklir , dan tentunya hal ini tidak bisa diabaikan oleh Rusia.
Setelah berbulan-bulan menekankan perlunya solusi diplomatik untuk perselisihan dengan Barat dan mengirim kepada mereka banyak surat tentang non-ekspansi NATO ke timur dan kembalinya pasukan NATO ke wilayah mereka yang disebutkan dalam perjanjian sebelumnya.
Putin akhirnya mengirim pesan kepada pihak Barat yakni melalui Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Rusia untuk mengajak pihak Barat kembali pada diplomasi.
Akhirnya, menyusul pengabaian Barat terhadap proposal Moskow untuk jaminan keamanan di Eropa Timur dan kelanjutan serangan artileri Kyiv di daerah otonom Ukraina timur, Putin mengakui dan mendukung kemerdekaan dua republik yang memproklamirkan diri Luhansk dan Donetsk di Ukraina timur, lalu Rusia memulai untuk meluncurkan operasi khusus di Ukraina pada 24 Februari.
Baca Juga : Kurdi Suriah Bantah Kirim Pasukan ke Ukraina